Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) menargetkan ekspor produk kayu dan rotan nasional bisa mengalahkan Vietnam dan Malaysia dalam waktu 5 tahun mendatang.
Ketua AMKRI Soenoto mengatakan saat ini Indonesia berada di posisi ke 13 dunia, di bawah Malaysia dan Vietnam. "Jadi 5 tahun ke depan, kita mau mengejar mereka. Mudah-mudahan mereka tidak lari. Selama ini performa industri furnitur kita selain memalukan, juga memilukan. Ini tidak boleh dibiarkan," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2014).
Soenoto menjelaskan, saat ini total nilai perdagangan produk kayu dan rotan dunia mencapai US$ 112 miliar, di mana China masih mendominasi dengan nilai ekspor mencapai US$ 40 miliar. "Di atas kita ada Vietnam US$ 4 miliar dan Indonesia, Alhamdulillah baru US$ 1,7 miliar," lanjutnya.
Untuk itu, asosiasi telah menyusun target selama 5 tahun terhitung sejak 2012 dengan nilai akan mencapai US$ 5 miliar. "Sekarang US$ 1 koma sekian miliar. Tahun lalu US$ 1,7 miliar. Dan untuk mencapai US$ 5 miliar itu kita hanya butuh pertumbuhan 25%. Keliatannya
agak janggal,tapi kalau orang yang tahu matematika langsung paham," jelasnya.
Selama ini ekspor produk kayu dan rotan Indonesia banyak didominasi negera tujuan seperti ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat, kawasan Timur Tengah dan Jepang. Maka tahun ini, para pengusaha membuka pasar baru sampai dengan negara-negara di wilayah Afrika.
"Dominasi sekarang Eropa dan Amerika, masing-masing sekitar 45% dan 40%, sisanya negara lain. Kita mau buka juga emerging market yaitu Rusia, India, Amerika Latin, negara-negara satelitnya Uni Soviet dulu, dan Afrika. Masih banyak pasar yang belum kita jamah," tandasnya. (Dny/Ndw)
Ketua AMKRI Soenoto mengatakan saat ini Indonesia berada di posisi ke 13 dunia, di bawah Malaysia dan Vietnam. "Jadi 5 tahun ke depan, kita mau mengejar mereka. Mudah-mudahan mereka tidak lari. Selama ini performa industri furnitur kita selain memalukan, juga memilukan. Ini tidak boleh dibiarkan," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2014).
Soenoto menjelaskan, saat ini total nilai perdagangan produk kayu dan rotan dunia mencapai US$ 112 miliar, di mana China masih mendominasi dengan nilai ekspor mencapai US$ 40 miliar. "Di atas kita ada Vietnam US$ 4 miliar dan Indonesia, Alhamdulillah baru US$ 1,7 miliar," lanjutnya.
Untuk itu, asosiasi telah menyusun target selama 5 tahun terhitung sejak 2012 dengan nilai akan mencapai US$ 5 miliar. "Sekarang US$ 1 koma sekian miliar. Tahun lalu US$ 1,7 miliar. Dan untuk mencapai US$ 5 miliar itu kita hanya butuh pertumbuhan 25%. Keliatannya
agak janggal,tapi kalau orang yang tahu matematika langsung paham," jelasnya.
Selama ini ekspor produk kayu dan rotan Indonesia banyak didominasi negera tujuan seperti ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat, kawasan Timur Tengah dan Jepang. Maka tahun ini, para pengusaha membuka pasar baru sampai dengan negara-negara di wilayah Afrika.
"Dominasi sekarang Eropa dan Amerika, masing-masing sekitar 45% dan 40%, sisanya negara lain. Kita mau buka juga emerging market yaitu Rusia, India, Amerika Latin, negara-negara satelitnya Uni Soviet dulu, dan Afrika. Masih banyak pasar yang belum kita jamah," tandasnya. (Dny/Ndw)