Dana Moneter Internasional/ International Monetary Fund (IMF) sedang memantau peristiwa terbaru yang terjadi di negara berkembang. Hal itu seiring kekhawatiran penarikan dana stimulus moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) akan berdampak ke emerging market.
Langkah itu dilakukan setelah adanya kemerosotan mata uang tiba-tiba di Argentina. Aksi jual dan mata uang peso Argentina turun signifikan dalam satu hari sejak 2002.
IMF percaya, pengurangan stimulus moneter bank sentral AS, The Federal AS secara bertahap pada tahap berikutnya dapat memicu gejolak di negara berkembang seperti penarikan modal dari Turki dan Indonesia.
Managing Director IMF, Christine Lagarde mengatakan, penarikan dana stimulus moneter AS/ tapering merupakan masalah potensial. Hal itu dikatakannya kepada perserta World Economic Forum/Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
"Ini jelas merupakan risiko baru, dan perlu diawasi dengan ketat. Bagaimana tapering berlangsung, apa kecepatannya, dan bagaimana efeknya terutama di pasar negara berkembang," ujar Lagarde, seperti dikutip dari laman The Guardian, Minggu (26/1/2014).
Sementara itu, Chairman of Fund Manager BlackRock, Larry Fink mengatakan, salah satu hal yang menjadi kekhawatiran adalah investor banyak memegang posisi besar di berbagai pasar negara berkembang. Sedangkan tapering bukan menjadi masalah utama.
"Ini akan membutuhkan kebijakan dalam negeri jauh lebih baik di pasar-pasar negara berkembang," ujar Fink. (Ahm)
Langkah itu dilakukan setelah adanya kemerosotan mata uang tiba-tiba di Argentina. Aksi jual dan mata uang peso Argentina turun signifikan dalam satu hari sejak 2002.
IMF percaya, pengurangan stimulus moneter bank sentral AS, The Federal AS secara bertahap pada tahap berikutnya dapat memicu gejolak di negara berkembang seperti penarikan modal dari Turki dan Indonesia.
Managing Director IMF, Christine Lagarde mengatakan, penarikan dana stimulus moneter AS/ tapering merupakan masalah potensial. Hal itu dikatakannya kepada perserta World Economic Forum/Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
"Ini jelas merupakan risiko baru, dan perlu diawasi dengan ketat. Bagaimana tapering berlangsung, apa kecepatannya, dan bagaimana efeknya terutama di pasar negara berkembang," ujar Lagarde, seperti dikutip dari laman The Guardian, Minggu (26/1/2014).
Sementara itu, Chairman of Fund Manager BlackRock, Larry Fink mengatakan, salah satu hal yang menjadi kekhawatiran adalah investor banyak memegang posisi besar di berbagai pasar negara berkembang. Sedangkan tapering bukan menjadi masalah utama.
"Ini akan membutuhkan kebijakan dalam negeri jauh lebih baik di pasar-pasar negara berkembang," ujar Fink. (Ahm)