Pemerintah menegaskan siap membuka keran impor untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam negeri asalkan jika terjadi kekurangan pasokan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga dan mengendalikan laju inflasi di 2014.
"Intinya kalau suplai kurang, ya kami harus isi. Tapi impor hanya dilakukan kalau kekurangan (pangan)," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, usai menghadiri Peluncuran Buku Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito di Gedung BPPT, Jakarta, Minggu (26/1/2014).
Meski begitu, Hatta mengaku belum mendapat laporan dari Kementerian Pertanian terkait jumlah persis dan jenis bahan pangan apa saja yang mengalami kekurangan stok.
"Belum dapat laporan Menteri Pertanian seberapa besar kekurangan ini. Tapi kalau lihat dari harga, cabai rawit, cabai merah, ayam ras dan daging sapi mengalami kenaikan harga akibat kurangnya pasokan," tutur Hatta.
Kekurangan tersebut, menurut dia, harus diatasi dengan pengadaan impor lantaran tak bisa memaksakan suplai dalam negeri yang terbatas, salah satunya akibat dari banjir dan cuaca ekstrem beberapa minggu terakhir ini.
"Kalau tidak (impor), nanti suplainya terganggu. Bila suplai terganggu, inflasi naik karena rakyat Indonesia kan butuh (pangan). Tapi kalau untuk beras dijamin tidak (impor) sebab stok kita banyak," pungkas Hatta.
Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) mengakui banjir yang melanda sejumlah daerah telah menyebabkan areal persawahan terendam banjir. Namun, lahan produktif yang terdampak banjir diakui sangat kecil yaitu 0,67% dari lahan persawahan.
Menteri Pertanian Suswono mengakui, pihaknya hingga kini masih menunggu laporan resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait luas areal persawahan yang terendam banjir.
"Tahun ini belum ada laporan, tapi saya yakin ini bakal kecil sekali dan tidak membuat terganggu pangan nasional. Kan sesuai BMKG musim penghujan selesai sampai April," ungkapnya.
Suswono mengakui, Kementan hingga kini memang belum bisa melakukan aksi apapun kepada para petani yang arealnya terkena bencana. Alasannya, sawah yang digarap para petani tersebut masih tergenang air.
"Untuk yang terkena banjir kita menunggu dulu reda banjirnya nanti kita inventarisasi mana daerah-daerah yang bisa ditanam kembali. Jadi konsentrasi sekarang ini tentu bagaimana air segera surut. Kementan baru bergerak pada saat rehabilitasi," tutur Suswono.
Untuk menjaga stok pangan nasional Kementan juga sudah siap menyebarkan cadangan benih padi hingga 13.400 ton. Calon tanaman padi tersebut akan diberikan secara subsidi kepada masyarakat yang tanamannya mati akibat banjir.
"Kalau untuk daerah yang mmang terkena bencana intinya pemerintah akan membantu. Kalau daerah sudah siap untuk ditanam kembali, any time, pokonya stok sudah ada," ujar Suswono. (Fik/Ahm)
Baca juga:
Tekad Mau Swasembada Pangan, Anggaran Pertanian Justru Dikurangi
Sawah Terendam Banjir, Ribuan Benih Padi Siap Disebar
Mentan Klaim Banjir Cuma Rendam 0,67% Areal Persawahan
"Intinya kalau suplai kurang, ya kami harus isi. Tapi impor hanya dilakukan kalau kekurangan (pangan)," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, usai menghadiri Peluncuran Buku Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito di Gedung BPPT, Jakarta, Minggu (26/1/2014).
Meski begitu, Hatta mengaku belum mendapat laporan dari Kementerian Pertanian terkait jumlah persis dan jenis bahan pangan apa saja yang mengalami kekurangan stok.
"Belum dapat laporan Menteri Pertanian seberapa besar kekurangan ini. Tapi kalau lihat dari harga, cabai rawit, cabai merah, ayam ras dan daging sapi mengalami kenaikan harga akibat kurangnya pasokan," tutur Hatta.
Kekurangan tersebut, menurut dia, harus diatasi dengan pengadaan impor lantaran tak bisa memaksakan suplai dalam negeri yang terbatas, salah satunya akibat dari banjir dan cuaca ekstrem beberapa minggu terakhir ini.
"Kalau tidak (impor), nanti suplainya terganggu. Bila suplai terganggu, inflasi naik karena rakyat Indonesia kan butuh (pangan). Tapi kalau untuk beras dijamin tidak (impor) sebab stok kita banyak," pungkas Hatta.
Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) mengakui banjir yang melanda sejumlah daerah telah menyebabkan areal persawahan terendam banjir. Namun, lahan produktif yang terdampak banjir diakui sangat kecil yaitu 0,67% dari lahan persawahan.
Menteri Pertanian Suswono mengakui, pihaknya hingga kini masih menunggu laporan resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait luas areal persawahan yang terendam banjir.
"Tahun ini belum ada laporan, tapi saya yakin ini bakal kecil sekali dan tidak membuat terganggu pangan nasional. Kan sesuai BMKG musim penghujan selesai sampai April," ungkapnya.
Suswono mengakui, Kementan hingga kini memang belum bisa melakukan aksi apapun kepada para petani yang arealnya terkena bencana. Alasannya, sawah yang digarap para petani tersebut masih tergenang air.
"Untuk yang terkena banjir kita menunggu dulu reda banjirnya nanti kita inventarisasi mana daerah-daerah yang bisa ditanam kembali. Jadi konsentrasi sekarang ini tentu bagaimana air segera surut. Kementan baru bergerak pada saat rehabilitasi," tutur Suswono.
Untuk menjaga stok pangan nasional Kementan juga sudah siap menyebarkan cadangan benih padi hingga 13.400 ton. Calon tanaman padi tersebut akan diberikan secara subsidi kepada masyarakat yang tanamannya mati akibat banjir.
"Kalau untuk daerah yang mmang terkena bencana intinya pemerintah akan membantu. Kalau daerah sudah siap untuk ditanam kembali, any time, pokonya stok sudah ada," ujar Suswono. (Fik/Ahm)
Baca juga:
Tekad Mau Swasembada Pangan, Anggaran Pertanian Justru Dikurangi
Sawah Terendam Banjir, Ribuan Benih Padi Siap Disebar
Mentan Klaim Banjir Cuma Rendam 0,67% Areal Persawahan