Terjadinya bencana banjir bandang di Manado beberapa waktu lalu mengakibatkan banyak masyarakat yang kehilangan harta bendanya.
Hingga saat ini kondisi roda ekonomi di Manado masih belum kembali seperti biasa mengingat banyaknya rumah dan tempat usahanya yang belum bisa digunakan kembali.
Tak hanya itu, mengingat harta benda sebagian besar warga dan para pengusaha sudah rusak dan hilang mengakibatkan beberapa warga juga tak dapat membayar cicilan kredit di beberapa bank sebagai penyedia kredit usahanya.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai salah satu bank penyedia layanan kredit terbesar di Manado mencatat sebanyak 357.597 debiturnya yang menjadi korban banjir dengan total pinjaman mencapai Rp 18,2 triliun.
Dikutip Liputan6.com dari data BRI Senin (27/1/2014) dari total debitur yang menjadi korban tersebut sebanyak 8.251 debitur yang paling berpotensi terancam menjadi kredit bermasalah dengan total pinjaman sebesar Rp 272,8 miliar.
Jumlah debitur yang terancam meningkatkan kredit macet (nett performing loan/NPL) tersebut berasal dari empat kantor cabang yaitu kantor cabang Bitung, kantor cabang Pinaesaan, kantor cabang Manado dan kantor cabang Tondano.
Dengan adanya potensi kredit bermasalah akibat banjir manado tersebut maka total NPL yang akan dikontribusiakan sebesar 2,3%.
Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali mengungkapkan dari sekian debitur tersebut nantinya BRI akan memberikan kelonggaran untuk diperbolehkannya debitur mengajukan pinjaman kembali. Namun hal itu akan masih dilakukan pengkajian mengenai kondisi debitur secara personal di wilayahnya.
"Itu masih angka kasarannya, nanti dari situ masih akan kita tinjau satu persatu di lokasi, kalau meski kebanjiran tapi sekiranya masih mampu berarti kan tidak masuk dalam data itu," kata Ali.
Saat ini setidaknya terdapat 18 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di wilayah Manado yang rusak dan akan diganti oleh BRI. Namun proses penggantian ATM ini masih akan disesuaikan dengan kondisi cuaca.
"Kalau ATM ini kita akan melihat, kembali kan melihat cuaca, tidak berarti habis kebanjiran kita ganti, nanti kebanjiran lg, rusak lagi. Yang daerah banjir terus sementara tidak kita ganti dulu dong," kata Ali.
(Yas/Ndw)
Hingga saat ini kondisi roda ekonomi di Manado masih belum kembali seperti biasa mengingat banyaknya rumah dan tempat usahanya yang belum bisa digunakan kembali.
Tak hanya itu, mengingat harta benda sebagian besar warga dan para pengusaha sudah rusak dan hilang mengakibatkan beberapa warga juga tak dapat membayar cicilan kredit di beberapa bank sebagai penyedia kredit usahanya.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai salah satu bank penyedia layanan kredit terbesar di Manado mencatat sebanyak 357.597 debiturnya yang menjadi korban banjir dengan total pinjaman mencapai Rp 18,2 triliun.
Dikutip Liputan6.com dari data BRI Senin (27/1/2014) dari total debitur yang menjadi korban tersebut sebanyak 8.251 debitur yang paling berpotensi terancam menjadi kredit bermasalah dengan total pinjaman sebesar Rp 272,8 miliar.
Jumlah debitur yang terancam meningkatkan kredit macet (nett performing loan/NPL) tersebut berasal dari empat kantor cabang yaitu kantor cabang Bitung, kantor cabang Pinaesaan, kantor cabang Manado dan kantor cabang Tondano.
Dengan adanya potensi kredit bermasalah akibat banjir manado tersebut maka total NPL yang akan dikontribusiakan sebesar 2,3%.
Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali mengungkapkan dari sekian debitur tersebut nantinya BRI akan memberikan kelonggaran untuk diperbolehkannya debitur mengajukan pinjaman kembali. Namun hal itu akan masih dilakukan pengkajian mengenai kondisi debitur secara personal di wilayahnya.
"Itu masih angka kasarannya, nanti dari situ masih akan kita tinjau satu persatu di lokasi, kalau meski kebanjiran tapi sekiranya masih mampu berarti kan tidak masuk dalam data itu," kata Ali.
Saat ini setidaknya terdapat 18 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di wilayah Manado yang rusak dan akan diganti oleh BRI. Namun proses penggantian ATM ini masih akan disesuaikan dengan kondisi cuaca.
"Kalau ATM ini kita akan melihat, kembali kan melihat cuaca, tidak berarti habis kebanjiran kita ganti, nanti kebanjiran lg, rusak lagi. Yang daerah banjir terus sementara tidak kita ganti dulu dong," kata Ali.
(Yas/Ndw)