PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) diketahui menghentikan beberapa penerbangan akibat minimnya dana untuk pembelian bahan bakar avtur.
Selama ini Merpati selalu mendapatkan pasokan avtur dari PT Pertamina (Persero). Namun mulai pertengahan Januari ini manajemen Pertamina tidak menerapkan sistem utang lagi kepada maskapai plat merah tersebut mengingat besarnya hutang yang tidak kunjung terbayarkan.
Menanggapi hal itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku apa yang dilakukan Pertamina tersebut merupakan langkah tepat.
Sebagai pemilik saham Pertamina, Dahlan mengaku juga tidak mau disalahkan jika Pertamina merugi akibat pasokan avtur ke Merpati tersebut.
"Pertamina sudah betul, Pertamina kan perusahaan, nanti kalau Pertamina rugi saya yang disalahkan," tegasnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Sebagai langkah mengatasi masalahnya, Dahlan menghimbau jajaran Direksi Merpati untuk bergerak cepat menyelesaikan penjualan anak perusahaannya Merpati Maintenance Facility (MMF) ke Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan segera mengoperasionalkan anak usaha barunya yaitu Merpati Aviation Service (MAS).
"Solusinya ya seperti kemarin itu, tapi kan harus perlu waktu," tegas dia. Seperti diketahui, utang Merpati ke Pertamina sampai saat ini sudah mencapai sekitar Rp 165 miliar.
VP Corporate Comunication Pertamina, Ali Mundakir menjelaskan selama ini PT Merpati sudah melanggar dua kali batas perjanjian maksimal hutang avtur dari yang sebelumnya maksimal Rp 120 miliar kini sudah melebihi batas toleransi yaitu Rp 150 miliar.
"Utang tersebut sudah jauh melampaui dari komitmen Merpati sendiri, semula sampai dengan di bawah Rp 100 miliar, ternyata tidak bisa, selanjutnya Rp 150 miliar, ternyata juga sudah lewat," paparnya. (Yas/Nrm)
Selama ini Merpati selalu mendapatkan pasokan avtur dari PT Pertamina (Persero). Namun mulai pertengahan Januari ini manajemen Pertamina tidak menerapkan sistem utang lagi kepada maskapai plat merah tersebut mengingat besarnya hutang yang tidak kunjung terbayarkan.
Menanggapi hal itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku apa yang dilakukan Pertamina tersebut merupakan langkah tepat.
Sebagai pemilik saham Pertamina, Dahlan mengaku juga tidak mau disalahkan jika Pertamina merugi akibat pasokan avtur ke Merpati tersebut.
"Pertamina sudah betul, Pertamina kan perusahaan, nanti kalau Pertamina rugi saya yang disalahkan," tegasnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Sebagai langkah mengatasi masalahnya, Dahlan menghimbau jajaran Direksi Merpati untuk bergerak cepat menyelesaikan penjualan anak perusahaannya Merpati Maintenance Facility (MMF) ke Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan segera mengoperasionalkan anak usaha barunya yaitu Merpati Aviation Service (MAS).
"Solusinya ya seperti kemarin itu, tapi kan harus perlu waktu," tegas dia. Seperti diketahui, utang Merpati ke Pertamina sampai saat ini sudah mencapai sekitar Rp 165 miliar.
VP Corporate Comunication Pertamina, Ali Mundakir menjelaskan selama ini PT Merpati sudah melanggar dua kali batas perjanjian maksimal hutang avtur dari yang sebelumnya maksimal Rp 120 miliar kini sudah melebihi batas toleransi yaitu Rp 150 miliar.
"Utang tersebut sudah jauh melampaui dari komitmen Merpati sendiri, semula sampai dengan di bawah Rp 100 miliar, ternyata tidak bisa, selanjutnya Rp 150 miliar, ternyata juga sudah lewat," paparnya. (Yas/Nrm)