Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengakui saat ini terjadi ketidakstabilan pada harga bahan kebutuhan pokok dan sayuran.
Ketidakstabilan harga ini terjadi karena pasokan yang minim dan adanya kesulitan yang didapatkan petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian.
"Akhir-akhir ini harga naik nggak karuan, karena mungkin pasokan sulit dan petaninya dipersulit," ujar dia saat memberikan sambutan pada peresmian Pasar Leuwipanjang, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (29/1/2014).
Gita mencontohkan, harga daging sapi yang hingga saat ini masih tinggi. Padahal di Singapura, harga daging tersebut bisa lebih rendah dari yang dijual di Indonesia.
"Harga daging sapi ini di sana setengahnya dari Purwakarta. Negara yang nggak punya sawah, harga pangannya malah lebih murah. Ini karena keterbatasan pendanaan," lanjut dia.
Menurut dia, saat ini petani sulit untuk mendapatkan kredit dari perbankan sehingga harus melakukan pinjaman ke tungkulak yang bunganya mencapai 100%.
Hal berbeda di terjadi di negara tetangga seperti Malaysia. Petani dinegara tersebut hanya dikenakan bunga sebesar 2%.
"Di sini di bank sampai 15%. Jadi produk yang sampai ke pasar itu tidak murah, ujung-ujung kasian konsumen karena harga produknya tidak semurah yang diinginkan. Kalau boleh usul, para pedagang ini komplain saja ke bank, kenapa menetapkan bunga yang tinggi," katanya.
Selain itu, Gita menjelaskan dari 56 juta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), hanya 22 juta yang mempunyai rekening di bank. Sedangkan sisanya yang sebanyak 34 juta tidak punya sehingga tidak punya akses ke pendanaan. "Itu menjadi sulit. Bagaimana tukang bakso mau menambah gerobaknya menjadi 5 misalnya kalau seperti ini," tandas dia. (Dny/Nrm)
Baca juga:
Sayur Impor Siap Masuk Pasar Jika Pasokan Habis
Cuaca Ekstrem, Hatta: Perang Kita Adalah Soal Pasokan Pangan
Harga Cabai Berangsur Turun, Bawang Merah Terkerek Naik
Ketidakstabilan harga ini terjadi karena pasokan yang minim dan adanya kesulitan yang didapatkan petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian.
"Akhir-akhir ini harga naik nggak karuan, karena mungkin pasokan sulit dan petaninya dipersulit," ujar dia saat memberikan sambutan pada peresmian Pasar Leuwipanjang, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (29/1/2014).
Gita mencontohkan, harga daging sapi yang hingga saat ini masih tinggi. Padahal di Singapura, harga daging tersebut bisa lebih rendah dari yang dijual di Indonesia.
"Harga daging sapi ini di sana setengahnya dari Purwakarta. Negara yang nggak punya sawah, harga pangannya malah lebih murah. Ini karena keterbatasan pendanaan," lanjut dia.
Menurut dia, saat ini petani sulit untuk mendapatkan kredit dari perbankan sehingga harus melakukan pinjaman ke tungkulak yang bunganya mencapai 100%.
Hal berbeda di terjadi di negara tetangga seperti Malaysia. Petani dinegara tersebut hanya dikenakan bunga sebesar 2%.
"Di sini di bank sampai 15%. Jadi produk yang sampai ke pasar itu tidak murah, ujung-ujung kasian konsumen karena harga produknya tidak semurah yang diinginkan. Kalau boleh usul, para pedagang ini komplain saja ke bank, kenapa menetapkan bunga yang tinggi," katanya.
Selain itu, Gita menjelaskan dari 56 juta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), hanya 22 juta yang mempunyai rekening di bank. Sedangkan sisanya yang sebanyak 34 juta tidak punya sehingga tidak punya akses ke pendanaan. "Itu menjadi sulit. Bagaimana tukang bakso mau menambah gerobaknya menjadi 5 misalnya kalau seperti ini," tandas dia. (Dny/Nrm)
Baca juga:
Sayur Impor Siap Masuk Pasar Jika Pasokan Habis
Cuaca Ekstrem, Hatta: Perang Kita Adalah Soal Pasokan Pangan
Harga Cabai Berangsur Turun, Bawang Merah Terkerek Naik