Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurti menyesalkan keterlambatan Indonesia masuk ke pasar-pasar baru khususnya Kamboja dan Myanmar.
Penyesalan tersebut disampaikan karena Indoenesia selama ini meruapakan satu-satunya negara yang selalu memasang badan ketika dua negara tersebut mengalami konflik.
"Indonesia selalu pasang badan tentang konflik politik, kita dicerca, tapi begitu masuk alam demokrasi yang tumbuh ekonominya, bukan Indonesia yang masuk," ungkapnya saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (29/1/2014).
Hal yang sama terjadi dengan Myanmar. Indonesia selalu menjadi negara terdepan dalam menangani dan menengahi sebagian besar konflik yang terjadi di negara tersebut. Namun industriawan yang masuk negara tersebut justru berasal dari negara lain.
"Furnitur, semen, telekomunikasi, yang masuk kesana juga bukan Indonesia," tegasnya.
Bayu mengakui, pemerintah selama ini kurang menekan upaya ekspansi ke luar negeri. Kondisi ini diperparah dengan perilaku para pengusaha yang cenderung masih berkonsentrasi dengan pasar dalam negeri.
Menghadapi era persiangan bebas ASEAN 2015, Kemendag berharap bisa menggenjot dan meningkatkan ekspor serta nilai tambah barang dan jasa di Indonesia.
"Kita itu selalu berfikiran di sini saja deh, di sini pasar masih besar. Ada juga yang takut dengan pasar luar negeri. Untuk itu kita harus ubah itu, tingkatkan nilai tambah industri kita," pungkasnya. (Yas/Shd)
Baca juga
Penyesalan tersebut disampaikan karena Indoenesia selama ini meruapakan satu-satunya negara yang selalu memasang badan ketika dua negara tersebut mengalami konflik.
"Indonesia selalu pasang badan tentang konflik politik, kita dicerca, tapi begitu masuk alam demokrasi yang tumbuh ekonominya, bukan Indonesia yang masuk," ungkapnya saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (29/1/2014).
Hal yang sama terjadi dengan Myanmar. Indonesia selalu menjadi negara terdepan dalam menangani dan menengahi sebagian besar konflik yang terjadi di negara tersebut. Namun industriawan yang masuk negara tersebut justru berasal dari negara lain.
"Furnitur, semen, telekomunikasi, yang masuk kesana juga bukan Indonesia," tegasnya.
Bayu mengakui, pemerintah selama ini kurang menekan upaya ekspansi ke luar negeri. Kondisi ini diperparah dengan perilaku para pengusaha yang cenderung masih berkonsentrasi dengan pasar dalam negeri.
Menghadapi era persiangan bebas ASEAN 2015, Kemendag berharap bisa menggenjot dan meningkatkan ekspor serta nilai tambah barang dan jasa di Indonesia.
"Kita itu selalu berfikiran di sini saja deh, di sini pasar masih besar. Ada juga yang takut dengan pasar luar negeri. Untuk itu kita harus ubah itu, tingkatkan nilai tambah industri kita," pungkasnya. (Yas/Shd)
Baca juga
RI Promosi Perdagangan Lewat 179 Event Nasional dan Dunia
9 Industri Andalan RI Hadapi Komunitas Ekonomi ASEAN
RI Bisa Jadi Titik Lemah atau Kekuatan dalam Pasar Tunggal ASEAN
Advertisement