Ternyata, salah satu hal pendukung perekonomian Indonesia pada tahun diprediksi terkait kemunculan kandidat presiden dalam Pemilu 2014 yang mampu mendukung pasar dan melanjutkan agenda reformasi.
“Tahun politik ini akan memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat apakah pasar akan terus tumbuh,”
ujar CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi, dalam laporan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (30/1/2013).
Menurut dia, inflasi pada tahun ini juga akan lebih terkendali karena dampak pencabutan subsidi bahan bakar akan mereda secara perlahan di pertengahan tahun 2014.
“Masyarakat telah menyesuaikan diri sehingga dampak kenaikan bahan bakar subsidi akan mereda ketika kita memasuki tahun yang baru,” ujar Michael.
Namun, kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan tak menentu selama enam bulan pertama tahun 2014. Hal ini ditunjukkan dengan data makro Indonesia yang masih belum menunjukkan perkembangan yang stabil.
Sebelum sentimen meningkat di pertengahan tahun terakhir untuk memperbaiki situasi defisit saat ini sebagai efek dari perlambatan ekonomi dunia dan lemahnya rupiah yang mengakibatkan turunnya nilai impor.
Secara strategi, dia mengaku akan tetap waspada untuk enam bulan pertama tahun 2014 dan akan mempertahankan level uang tunai, Yaitu tetap mencari peluang masuk untuk saham dengan fundamental yang kuat.
Secara sektoral, pihaknya mendukung saham ritel dengan harga kuat. Sektor-sektor yang akan menguat pada masa pemilu seperti sektor ritel, media, dan perbankan.
Sedangkan yang masih lemah ada pada sektor komoditas, khususnya batubara, karena kelebihan pasokan dan kurangnya permintaan. (Pew/Nrm)
“Tahun politik ini akan memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat apakah pasar akan terus tumbuh,”
ujar CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi, dalam laporan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (30/1/2013).
Menurut dia, inflasi pada tahun ini juga akan lebih terkendali karena dampak pencabutan subsidi bahan bakar akan mereda secara perlahan di pertengahan tahun 2014.
“Masyarakat telah menyesuaikan diri sehingga dampak kenaikan bahan bakar subsidi akan mereda ketika kita memasuki tahun yang baru,” ujar Michael.
Namun, kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan tak menentu selama enam bulan pertama tahun 2014. Hal ini ditunjukkan dengan data makro Indonesia yang masih belum menunjukkan perkembangan yang stabil.
Sebelum sentimen meningkat di pertengahan tahun terakhir untuk memperbaiki situasi defisit saat ini sebagai efek dari perlambatan ekonomi dunia dan lemahnya rupiah yang mengakibatkan turunnya nilai impor.
Secara strategi, dia mengaku akan tetap waspada untuk enam bulan pertama tahun 2014 dan akan mempertahankan level uang tunai, Yaitu tetap mencari peluang masuk untuk saham dengan fundamental yang kuat.
Secara sektoral, pihaknya mendukung saham ritel dengan harga kuat. Sektor-sektor yang akan menguat pada masa pemilu seperti sektor ritel, media, dan perbankan.
Sedangkan yang masih lemah ada pada sektor komoditas, khususnya batubara, karena kelebihan pasokan dan kurangnya permintaan. (Pew/Nrm)