Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengaku ikhlas jika selama ini selalu disalahkan tak bisa melepaskan Indonesia dari ketergantungan produk impor, terutama pangan.
Maklum, instansi yang dinaunginya saat ini Kementerian Perdagangan (Kemendag), menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab untuk memenuhi pangan nasional. "Saya ikhlas jika disalahkan," kata Gita saat berkunjung ke Redaksi Liputan6.com, Seperti ditulis Jumat (31/1/2014).
Gita mengaku pemenuhan pasokan pangan dari impor merupakan hal yang harus dilakukan karena produksi dalam negeri yang belum mencukupi.
Dia mencontohkan kedelai. Dari kebutuhan sekitar 2,5 juta ton, produksi dalam negeri baru mencapai 700 ribu ton. Alhasil, sisa kebutuhan harus dipenuhi dari impor.
Selain kedelai, pasokan impor masih harus dilakukan antara lain pada komoditas daging, gula, bawang, cabai dan lainnya.
Namun, dia menegaskan itu semua demi memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. "Kalaupun produksi kita cukup saya tidak akan impor," tegas dia.
Akhirnya mau tidak mau agar pasokan selalu terjaga diperlukan impor. Karena menurut Gita memang harusnya dilakukan peningkatan produksi pangan dalam negeri.
Menurut sensus pertanian 2013 jumlah rumah tangga petani menurun dalam 10 tahun terakhir, luas lahan kedelai juga tidak mengalami peningkatan yang signifikan, terjadi alih fungsi lahan pangan, jumlah sapi indukan menurun.
Lebih lanjut dia mengaku sangat mendukung kebijakan perdagangan di dalam negeri. Hal itu dituangkan pada beberapa kebijakan, antara lain larangan ekspor rotan, mineral mentah, pemenuhan pasokan lokal pada sektor ritel dan lainnya.
Kebijakan-kebijakan ini, menurut dia, yang membuat dirinya cukup puas dengan kinerjanya selama 4 tahun menjabat sebagai Menteri Perdagangan. (Nrm/Igw)
Maklum, instansi yang dinaunginya saat ini Kementerian Perdagangan (Kemendag), menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab untuk memenuhi pangan nasional. "Saya ikhlas jika disalahkan," kata Gita saat berkunjung ke Redaksi Liputan6.com, Seperti ditulis Jumat (31/1/2014).
Gita mengaku pemenuhan pasokan pangan dari impor merupakan hal yang harus dilakukan karena produksi dalam negeri yang belum mencukupi.
Dia mencontohkan kedelai. Dari kebutuhan sekitar 2,5 juta ton, produksi dalam negeri baru mencapai 700 ribu ton. Alhasil, sisa kebutuhan harus dipenuhi dari impor.
Selain kedelai, pasokan impor masih harus dilakukan antara lain pada komoditas daging, gula, bawang, cabai dan lainnya.
Namun, dia menegaskan itu semua demi memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. "Kalaupun produksi kita cukup saya tidak akan impor," tegas dia.
Akhirnya mau tidak mau agar pasokan selalu terjaga diperlukan impor. Karena menurut Gita memang harusnya dilakukan peningkatan produksi pangan dalam negeri.
Menurut sensus pertanian 2013 jumlah rumah tangga petani menurun dalam 10 tahun terakhir, luas lahan kedelai juga tidak mengalami peningkatan yang signifikan, terjadi alih fungsi lahan pangan, jumlah sapi indukan menurun.
Lebih lanjut dia mengaku sangat mendukung kebijakan perdagangan di dalam negeri. Hal itu dituangkan pada beberapa kebijakan, antara lain larangan ekspor rotan, mineral mentah, pemenuhan pasokan lokal pada sektor ritel dan lainnya.
Kebijakan-kebijakan ini, menurut dia, yang membuat dirinya cukup puas dengan kinerjanya selama 4 tahun menjabat sebagai Menteri Perdagangan. (Nrm/Igw)