Hujan deras yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia mempengaruhi pasokan beras ke Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Namun hal ini buka satu-satunya alasan berkurangnya pasokan beras ke perusahaan pelat merah tersebut.
"Kalau hujan terus menerus begini, pasokan ke Bulog menurun, karena tidak ada kesempatan petani untuk menjemur," ujar Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Jumat (31/1/2014).
Meski demikian, dia mengatakan, setiap awal tahun, pasokan beras ke Bulog memang tidak besar, lantaran pada saat ini bukan merupakan masa panen. Umumnya, Bulog baru akan mendapatkan pasokan beras yang besar pada pertengahan tahun.
"Kalau sekarang baru 10% saja. Jadi antara September-Februari produksi dalam negeri itu minus, makanya disebut paceklik, surplusnya pada Maret-Agustus. Makanya pada bulan-bulan itu Bulog sebanyak-banyaknya membeli untuk saat paceklik ini," lanjutnya.
Sutarto mengharapkan, dengan cuaca buruk seperti saat ini berlangsung lama sehingga tidak menghambat panen petani lokal. Dia juga menjelaskan, untuk masa tanam padi sendiri sampai saat ini tidak mengalami tidak mengalami kemunduran. Namun memang berpotensi alami gangguan khususnya pada wilayah Indramayu, Pati, Kudus, Karawang dan Subang.
"Kalau ini terjadi terus menerus bisa terjadi (gagal panen), tetapi kalau bisa diantisipasi tidak masalah misalnya yang puso dibantu benih, dibantu pupuk, mereka segera tanam kembali," katanya.
Dia juga mengharapkan, kondisi ini tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional, sehingga Bulog bisa mempertahankan kondisi tahun lalu dimana perusahaan BUMN tersebut tidak melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan beras nasional.
"Keadaan seperti ini pernah terjadi pada 2007. Kalau kita cepat melakukan antisipasi dengan melakukan gerakan tanam kembali itu bisa diatasi," tandas Sutarto. (Dny/Ndw)
"Kalau hujan terus menerus begini, pasokan ke Bulog menurun, karena tidak ada kesempatan petani untuk menjemur," ujar Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Jumat (31/1/2014).
Meski demikian, dia mengatakan, setiap awal tahun, pasokan beras ke Bulog memang tidak besar, lantaran pada saat ini bukan merupakan masa panen. Umumnya, Bulog baru akan mendapatkan pasokan beras yang besar pada pertengahan tahun.
"Kalau sekarang baru 10% saja. Jadi antara September-Februari produksi dalam negeri itu minus, makanya disebut paceklik, surplusnya pada Maret-Agustus. Makanya pada bulan-bulan itu Bulog sebanyak-banyaknya membeli untuk saat paceklik ini," lanjutnya.
Sutarto mengharapkan, dengan cuaca buruk seperti saat ini berlangsung lama sehingga tidak menghambat panen petani lokal. Dia juga menjelaskan, untuk masa tanam padi sendiri sampai saat ini tidak mengalami tidak mengalami kemunduran. Namun memang berpotensi alami gangguan khususnya pada wilayah Indramayu, Pati, Kudus, Karawang dan Subang.
"Kalau ini terjadi terus menerus bisa terjadi (gagal panen), tetapi kalau bisa diantisipasi tidak masalah misalnya yang puso dibantu benih, dibantu pupuk, mereka segera tanam kembali," katanya.
Dia juga mengharapkan, kondisi ini tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional, sehingga Bulog bisa mempertahankan kondisi tahun lalu dimana perusahaan BUMN tersebut tidak melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan beras nasional.
"Keadaan seperti ini pernah terjadi pada 2007. Kalau kita cepat melakukan antisipasi dengan melakukan gerakan tanam kembali itu bisa diatasi," tandas Sutarto. (Dny/Ndw)