sebagian besar pekerja di Beijing tidak bisa pulang ke kampung halaman dan merayakan tahun baru (Imlek) bersama keluarga karena tidak memiliki uang untuk membayar ongkos yang mahal.
Menurut survei terkini yang dilakukan Yangcheng Evening News, sebanyak 80% responden menyatakan ongkos mudiknya jauh lebih besar dari gaji per bulan yang diterimanya.
Seperti dikutip dari China Daily, Jumat (31/1/2014), biaya untuk pulang kampung di tahun baru China sangat mahal. Sementara itu 57% partisipan mengaku masalah keuangan menjadi jauh lebih mengkhawatirkan saat berkumpul di tengah keluarga.
Akibatnya sekitar 30% warga desa yang mencari peruntungan di kota memilih untuk tidak pulang kampung tahun ini. Dari jumlah itu, sekitar 25% pekerja mengaku tak mampu membayar ongkos mudik yang terlalu tinggi.
Selain itu, survei berbeda yang digelar Beijing News menunjukkan 40% partisipan mengatakan, ongkos mudik di China merupakan beban berat baginya. Survei tersebut diikuti pekerja migran, pembantu rumah tangga, pekerja tambang dan pergawa dari berbagai bidang lain di Beijing.
Anggaran yang dibutuhkan seorang pekerja agar bisa mudik diprediksi mencapai 5.000 yuan hingga 1.000 yuan atau setara Rp 10,08 juta- Rp 20,15 juta. Lebih dari 50% responden mengatakan jumlah tersebut bahkan melampaui gajinya setiap bulan.
"Ongkos untuk pulang kampung saat imlek terlalu mahal. Untuk merayakannya kita butuh uang hingga  10 ribu yuan. Sementara gaji saya dan suami hanya 60 ribu yuan setiap bulan," ujar Tang Fuyun seorang pekerja yang kini menetap di Beijing.
Sementara Li Gang, seorang pekerja migran asal Hebei mengatakan, dia harus mengeluarkan uang sekitar 3.000 yuan untuk pulang kampung. Hal itulah yang membuat Li urung pulang kampung tahun ini.
"Saya biasanya mampu menghasilkan 50.000 yuan setiap tahun tapi sekarang jumlahnya tidak sampai segitu. Gaji saya juga tidak dibayarkan tepat waktu," keluhnya.
Rata-rata para partisipan merasa malu jika pulang kampung tanpa membawa banyak uang. Meski memang, para keluarga di rumah tidak menanti uang melainkan kedatangannya untuk berkumpul bersama merayakan imlek. (Sis/Ahm)
Menurut survei terkini yang dilakukan Yangcheng Evening News, sebanyak 80% responden menyatakan ongkos mudiknya jauh lebih besar dari gaji per bulan yang diterimanya.
Seperti dikutip dari China Daily, Jumat (31/1/2014), biaya untuk pulang kampung di tahun baru China sangat mahal. Sementara itu 57% partisipan mengaku masalah keuangan menjadi jauh lebih mengkhawatirkan saat berkumpul di tengah keluarga.
Akibatnya sekitar 30% warga desa yang mencari peruntungan di kota memilih untuk tidak pulang kampung tahun ini. Dari jumlah itu, sekitar 25% pekerja mengaku tak mampu membayar ongkos mudik yang terlalu tinggi.
Selain itu, survei berbeda yang digelar Beijing News menunjukkan 40% partisipan mengatakan, ongkos mudik di China merupakan beban berat baginya. Survei tersebut diikuti pekerja migran, pembantu rumah tangga, pekerja tambang dan pergawa dari berbagai bidang lain di Beijing.
Anggaran yang dibutuhkan seorang pekerja agar bisa mudik diprediksi mencapai 5.000 yuan hingga 1.000 yuan atau setara Rp 10,08 juta- Rp 20,15 juta. Lebih dari 50% responden mengatakan jumlah tersebut bahkan melampaui gajinya setiap bulan.
"Ongkos untuk pulang kampung saat imlek terlalu mahal. Untuk merayakannya kita butuh uang hingga  10 ribu yuan. Sementara gaji saya dan suami hanya 60 ribu yuan setiap bulan," ujar Tang Fuyun seorang pekerja yang kini menetap di Beijing.
Sementara Li Gang, seorang pekerja migran asal Hebei mengatakan, dia harus mengeluarkan uang sekitar 3.000 yuan untuk pulang kampung. Hal itulah yang membuat Li urung pulang kampung tahun ini.
"Saya biasanya mampu menghasilkan 50.000 yuan setiap tahun tapi sekarang jumlahnya tidak sampai segitu. Gaji saya juga tidak dibayarkan tepat waktu," keluhnya.
Rata-rata para partisipan merasa malu jika pulang kampung tanpa membawa banyak uang. Meski memang, para keluarga di rumah tidak menanti uang melainkan kedatangannya untuk berkumpul bersama merayakan imlek. (Sis/Ahm)