Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi menyebutkan nilai ekspor nasional pada Desember 2013 mencapai US$ 16,9 miliar, naik 10,3% dibandingkan tahun lalu. Penguatan ekspor dikatakan mulai terlihat sejak pertengahan tahun lalu.
"Pertumbuhan ekspor sejak awal semester dua 2013 bergerak ke arah positif," kata Bayu di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (3/2/2014).
Bayu menuturkan, nilai ekspor non migas ke beberapa negara selama 2013 mengalami kenaikan signifikan antara lain ke Turki mencapai US$ 172,8 juta.
Disusul pada urutan berikutnya, Myanmar, Nigeria, Vietnam, Ukraina, dan mesir. "Negara-negara tersebut mengalami kenaikan antara US$ 88 juta sampai US$ 154,8 juta," ungkap Bayu.
Produk yang mendorong peningkatan ekspor pada Desember 2013 antara lain bijih, kerak dan abu logam naik 40,2% dengan nilai US$ 975,7 juta dan timah naik 155,1% dengan nilai US$ 319,6 juta.
Sementara itu, beberapa produk manufaktur yang memberikan kontribusi peningkatan ekspor signifikan sampai Desember 2013 diantaranya pakaian jadi bukan rajutan US$ 81,4 juta, meningkat 29,9% dibandingkan bulan lalu. Kemudian kendaraan dan bagiannya US$ 49 juta naik 13,4% dibanding bulan lalu.
Sementara secara keseluruhan, Bayu menyebutkan realisasi ekspor 2013 telah melebih target. Target ekspor 2013 sebesar US$ 179 miliar, sedangkan realisasinya mencapai US$ 182,6 miliar.
"Ekspor tersebut terdiri dari ekspor non migas sebesar US$ 149,1 milir turun 2% dari tahun 2012 dan migas US$ 42,6 miliar turun 11,8%," pungkas dia.
Dia pun mengomentari neraca perdagangan Desember 2013 yang surplus US$ 1,5 miliar. Surplus neraca perdagangan yang mencapai US$ 1,5Â miliar tersebut merupakan yang terbesar selama dua tahun terakhir.
Bayu menambahkan, surplus tersebut terdiri dari surplus non migas sebesar US$ 2,3 miliar, sedangkan neraca migas masih mengalami defisit US$ 0,8 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan pada 2013 defisit US$ 4,1 miliar, terdiri dari surplus non migas sebesar US$ 8,6 miliar, sementara neraca migas defisit US$ 12,6 miliar.
"Surplus non migas ditahun 2013 meningkat 118,2% dibanding tahun lalu yang hanya mencapai US$ 3,9 miliar," pungkasnya.(Pew/Nrm)
"Pertumbuhan ekspor sejak awal semester dua 2013 bergerak ke arah positif," kata Bayu di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (3/2/2014).
Bayu menuturkan, nilai ekspor non migas ke beberapa negara selama 2013 mengalami kenaikan signifikan antara lain ke Turki mencapai US$ 172,8 juta.
Disusul pada urutan berikutnya, Myanmar, Nigeria, Vietnam, Ukraina, dan mesir. "Negara-negara tersebut mengalami kenaikan antara US$ 88 juta sampai US$ 154,8 juta," ungkap Bayu.
Produk yang mendorong peningkatan ekspor pada Desember 2013 antara lain bijih, kerak dan abu logam naik 40,2% dengan nilai US$ 975,7 juta dan timah naik 155,1% dengan nilai US$ 319,6 juta.
Sementara itu, beberapa produk manufaktur yang memberikan kontribusi peningkatan ekspor signifikan sampai Desember 2013 diantaranya pakaian jadi bukan rajutan US$ 81,4 juta, meningkat 29,9% dibandingkan bulan lalu. Kemudian kendaraan dan bagiannya US$ 49 juta naik 13,4% dibanding bulan lalu.
Sementara secara keseluruhan, Bayu menyebutkan realisasi ekspor 2013 telah melebih target. Target ekspor 2013 sebesar US$ 179 miliar, sedangkan realisasinya mencapai US$ 182,6 miliar.
"Ekspor tersebut terdiri dari ekspor non migas sebesar US$ 149,1 milir turun 2% dari tahun 2012 dan migas US$ 42,6 miliar turun 11,8%," pungkas dia.
Dia pun mengomentari neraca perdagangan Desember 2013 yang surplus US$ 1,5 miliar. Surplus neraca perdagangan yang mencapai US$ 1,5Â miliar tersebut merupakan yang terbesar selama dua tahun terakhir.
Bayu menambahkan, surplus tersebut terdiri dari surplus non migas sebesar US$ 2,3 miliar, sedangkan neraca migas masih mengalami defisit US$ 0,8 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan pada 2013 defisit US$ 4,1 miliar, terdiri dari surplus non migas sebesar US$ 8,6 miliar, sementara neraca migas defisit US$ 12,6 miliar.
"Surplus non migas ditahun 2013 meningkat 118,2% dibanding tahun lalu yang hanya mencapai US$ 3,9 miliar," pungkasnya.(Pew/Nrm)