Jogyakarta Jadi Kota Pensiunan

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan Indonesia akan mengecap bonus demografi kedua dengan rata-rata usia 60 tahun pada 2020. Kini, negara ini masih merasakan bonus demograsi dalam usia produktif.

Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana mengatakan, rata-rata pensiun pekerja di Indonesia ada di usia 60 tahun. Sedangkan untuk pekerja swasta, usia pensiun lebih cepat.

"Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, China sudah masuk proses aging (pensiun). Sedangkan kita baru akan masuk ke aging di 2020 dengan prosentase minimal 10% dari total penduduk," kata dia di kantornya, Jakarta, Jumat (7/2/2014).

Lanjut Armida, Indonesia akan memiliki tingkat prosentase 9,7% lanjut usia (lansia) pada 2019, sebesar 8,5% di 2015, dan pada 2014 sebesar 8,2%.

"Ini harus diantisipasi dari sekarang, jangan sampai lansia ini masuk ke panti jompo. Justru kita akan merasakan bonus demografi kedua kalau lansia ini masih produktif. Makanya pola makan dijaga sejak sekarang, hidup sehat, jadi bisa tetap berkontribusi ke perekonomian," terangnya.

Dia menyebut, Jogyakarta memiliki tingkat prosentase pensiun atau lansia tertinggi dengan proyeksi mencapai 13,4% pada 2015, 14,7% di 2020 dan 2030 sebesar 19,5% dari total jumlah penduduk.

"Jogyakarta memang bisa dibilang Kota Pensiun. Mungkin karena adem ayem, hidup tentram," cetus Armida.

Sementara itu, dia mengakui, Indonesia sudah menikmati bonus demograsi pada 2013 dengan rasio ketergantungan 49,3%. Ini menandakan bahwa setiap 100 pekerja menanggung beban untuk 49,3 penduduk usia tidak produktif.

Seseorang yang dikategorikan usia tidak produktif andalan di bawah 15 tahun dan di atas 60 tahun. Sedangkan usia produktif berada di rentang 15 tahun-65 tahun.

"Sedangkan pada 2014, kita akan masuk rasio ketergantungan 48,9% dan mencapai titik paling rendah di angka 46,9% dari 2028-2031," pungkas Armida. (Fik/Nrm)