Organisasi maskapai penerbangan dunia, International Air Transport Association (IATA), mengungkapkan pelaku industri mulai dihantui kekhawatiran besar dalam menjalankan bisnisnya. Melemahnya bisnis kargo udara masih menjadi kekhawatiran terbesar bagi sejumlah maskapai di dunia, khususnya Asia, meski sudah mulai ada perbaikan sepanjang 2013.
"Jumlah kargo udara terus melemah dan bagi maskapai-maskapai besar di Asia, ini merupakan komponen yang sangat penting untuk pendapatannya," ungkap Direktur Jenderal IATA, Tony Tyler disela Pameran Singapore Airshow 2014, di Singapura.
Kargo pesawat udara merupakan salah satu barometer perekonomian maskapai di Asia. IATA memprediksi lebih dari 35% perdagangan dunia diangkut melalui jalur udara.
Pertumbuhan lalu lintas angkutan udara terjadi di Timur Tengah sebesar 1,8% secara global pada Desember dibandingkan bulan yang sama pada 2013. Sayangnya, pertumbuhan lalu lintas angkutan udara di Asia justru menurun 1,1%.
"Laporan-laporan terkini menunjukkan, meskipun jumlah kargo secara global sedikit meningkat, tapi tidak untuk Asia. Padahal biasanya, Asia menjadi kawasan yang sangat kuat untuk lalu lintas angkutan barang melalui jalur udara," tutur Tyler seperti dikutip laman CNBC.
Sebagai informasi, maskapai-maskapai Asia Pasifik mendominasi hampir 40% pasar penerbangan global.
Minggu lalu, maskapai Singapore Airlines melaporkan, pergerakan permintaan kargo pesawat yang semula diprediksi stagnan kemungkinan besar meningkat mengingat bisnis kargo masih menghadapi persoalan kelebihan kapasitas. Maskapai lain, Cathay Pacific menerima pukulan serupa karena lemahnya bisnis kargo.
Sementara itu, acara dirgantara terbesar Asia yang digelar di tengah tingginya permintaan pesawat penumpang secara otomatis menciptakan kapasitas angkutan barang lebih banyak.
Akibatnya, pemesanan pesawat baru menekan pasar kargo untuk penyediaan angkutan barang bagi pesawat Boeing jenis 747-8 yang baru dikembangkan. Meski demikian, IATA memperkirakan maskapai global dapat memperoleh keuntungan besar pada 2013 dan 2014 karena biaya bahan bakar pesawat lebih rendah dan terjadi peningkatan efisiensi.(Sis/Shd)
"Jumlah kargo udara terus melemah dan bagi maskapai-maskapai besar di Asia, ini merupakan komponen yang sangat penting untuk pendapatannya," ungkap Direktur Jenderal IATA, Tony Tyler disela Pameran Singapore Airshow 2014, di Singapura.
Kargo pesawat udara merupakan salah satu barometer perekonomian maskapai di Asia. IATA memprediksi lebih dari 35% perdagangan dunia diangkut melalui jalur udara.
Pertumbuhan lalu lintas angkutan udara terjadi di Timur Tengah sebesar 1,8% secara global pada Desember dibandingkan bulan yang sama pada 2013. Sayangnya, pertumbuhan lalu lintas angkutan udara di Asia justru menurun 1,1%.
"Laporan-laporan terkini menunjukkan, meskipun jumlah kargo secara global sedikit meningkat, tapi tidak untuk Asia. Padahal biasanya, Asia menjadi kawasan yang sangat kuat untuk lalu lintas angkutan barang melalui jalur udara," tutur Tyler seperti dikutip laman CNBC.
Sebagai informasi, maskapai-maskapai Asia Pasifik mendominasi hampir 40% pasar penerbangan global.
Minggu lalu, maskapai Singapore Airlines melaporkan, pergerakan permintaan kargo pesawat yang semula diprediksi stagnan kemungkinan besar meningkat mengingat bisnis kargo masih menghadapi persoalan kelebihan kapasitas. Maskapai lain, Cathay Pacific menerima pukulan serupa karena lemahnya bisnis kargo.
Sementara itu, acara dirgantara terbesar Asia yang digelar di tengah tingginya permintaan pesawat penumpang secara otomatis menciptakan kapasitas angkutan barang lebih banyak.
Akibatnya, pemesanan pesawat baru menekan pasar kargo untuk penyediaan angkutan barang bagi pesawat Boeing jenis 747-8 yang baru dikembangkan. Meski demikian, IATA memperkirakan maskapai global dapat memperoleh keuntungan besar pada 2013 dan 2014 karena biaya bahan bakar pesawat lebih rendah dan terjadi peningkatan efisiensi.(Sis/Shd)