Sukses

Inflasi Tinggi, Apakah BI Rate Ikut Naik?

Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada Kamis pekan ini. Lalu apa kata ekonom soal BI Rate?

Bank Indonesia diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di kisaran 7,5%. Tingkat komponen inflasi inti cenderung di bawah 5% akan memberikan sentimen positif untuk BI Rate.

Direktur PT Bahana TCW Asset Management, Budi Hikmat memproyeksikan, BI Rate tetap berada di kisaran 7,5%. Menurut Budi, tingkat inflasi inti cenderung turun sekitar 4,53% pada Januari 2014, secara year on year (YoY).  Meski tingkat inflasi tinggi mencapai 1,07% pada Januari 2014 tetapi dipengaruhi faktor cuaca sehingga membuat harga pangan naik.

Ia menambahkan, ekonomi Indonesia juga cenderung melambat. Hal itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,78% pada 2013.  oleh karena itu, bila suku bunga acuan kembali dinaikkan akan menganggu pertumbuhan ekonomi.

"Domestik demand, gabungan konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran pemerintah juga terendah dalam dua tahun, ekonomi Indonesia memang melambat. Kalau ekonomi tetap tumbuh, suku bunga jangan dinaikkan," kata Budi, Rabu (12/2/2014).

Selain itu, nilai tukar rupiah juga cenderung stabil. Hal itu didukung dari sentimen rilis data makro ekonomi Indonesia positif mulai dari surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 1,5 miliar pada Desember 2013.

"Asing sudah mulai masuk jadi rupiah membaik. Dengan berbagai indikator makro ekonomi positif sehingga BI Rate tidak perlu naik," ujar Budi.

Budi menambahkan, bila suku bunga acuan tetap ini menunjukkan kestabilan makro ekonomi Indonesia. Selain itu, kekhawatiran terhadap penarikan dana stimulus (Tapering Off) juga telah mereda. Saat ini yang menjadi perhatian adalah Indonesia untuk meningkatkan ekspornya.

Hal senada dikatakan, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Andry Asmoro. Menurut Andry, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Tingkat komponen inflasi inti di bawah harapan pelaku pasar memberikan sentimen positif.

Lebih lanjut ia mengatakan, Indonesia dapat mencatatkan surplus sekitar US$ 1,5 miliar pada Desember 2013 juga memperbaiki neraca transaksi berjalan. Selama ini BI menaikkan suku bunga acuannya untuk menjaga neraca transaksi berjalan.

"Tekanan inflasi dan neraca transaksi jalan sudah mereda," kata Andry.

Andry memproyeksikan, suku bunga acuan memang ada potensi kenaikan sekitar 25 basis poin (bps). Kenaikan suku bunga acuan itu akan dilakukan pada kuartal II 2014.

"Bila terjadi volatilitas capital outflow maka ada kemungkinan suku bunga acuan naik 25 bps pada semester I 2014," tutur Andry.

Sementara itu, Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto memperkirakan, BI akan menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 bps. Nilai tukar rupiah di kisaran Rp 12.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menjadi pertimbangan BI untuk menstabilkan rupiah.

"Inflasi masih cukup tinggi di level 1,07%, dan rupiah juga masih di kisaran 12.000, sehingga ada kemungkinan BI Rate naik. Kalau mendengar pernyataan Gubernur BI Agus Martowardojo juga ada sinyal BI Rate akan naik," kata David.

Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis, 13 Februari 2014.   Pada RDG BI yang diadakan pada Januari 2014, BI tetap mempertahankan BI Rate di kisaran 7,5%. (Ahm)

Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Video Terkini