Sejak pertengahan tahun lalu, negara-negara berkembang mulai menderita pelemahan mata uang yang belum sepenuhnya bisa diatasi hingga saat ini. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengungkapkan, pelemahan mata uang lebih jauh dapat secara serius mengganggu permintaan minyak ke kawasan yang lebih luas.
Seperti dikutip dari CNBC, Kamis (13/2/3014), dalam laporan bulanannya, OPEC mengungkapkan, aksi jual mata uang di negara berkembang hanya sedikit mempengaruhi harga minyak hingga saat ini. Akan tetapi dalam laporannya ditekankan, volatilitas lebih jauh dapat menghantam permintaan minyak di kawasan tersebut.
"Negara-negara berkembang telah menjadi penggerak utama pertumbuhan permintaan minyak tahun lalu," seperti tertulis dalam laporan OPEC.
Memang, tahun ini sebagian besar negara-negara OECD mengalami penguatan produk domestik bruto (PDB) tahun ini dan diperkirakan dapat memperbaiki perekonomian negara berkembang. Namun dampak gangguan mata uang lebih jauh dapat memperlambat pertumbuhan permintaan minyak tersebut.
Volatilitas di pasar mata uang dapat mengganggu permintaan minyak secara berkelanjutan. OPEC memprediksi pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini meningkat hingga sekitar 1,1 juta barel per hari.
Akan tetapi permintaan minyak dunia masih di bawah potensi sebenarnya mengingat adanya sejumlah kegiatan ekonomi yang menyebabkan intensitas produksi minyak menurun.
Harga minyak pada Januari juga tercatat menurun karena menghadapi proyeksi negara-negara berkembang dan aksi penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Meski demikian, cuaca buruk di AS berpotensi memicu permintaan minyak dan menguatkan pasar di sana. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca juga:
Negara-negara Berkembang Selalu Kompak Soal Mata Uang
Mata Uang Negara Berkembang Ambruk, Salah AS atau Eropa?
Satu-satunya Mata Uang yang Aman dari Kekacauan Ekonomi
Seperti dikutip dari CNBC, Kamis (13/2/3014), dalam laporan bulanannya, OPEC mengungkapkan, aksi jual mata uang di negara berkembang hanya sedikit mempengaruhi harga minyak hingga saat ini. Akan tetapi dalam laporannya ditekankan, volatilitas lebih jauh dapat menghantam permintaan minyak di kawasan tersebut.
"Negara-negara berkembang telah menjadi penggerak utama pertumbuhan permintaan minyak tahun lalu," seperti tertulis dalam laporan OPEC.
Memang, tahun ini sebagian besar negara-negara OECD mengalami penguatan produk domestik bruto (PDB) tahun ini dan diperkirakan dapat memperbaiki perekonomian negara berkembang. Namun dampak gangguan mata uang lebih jauh dapat memperlambat pertumbuhan permintaan minyak tersebut.
Volatilitas di pasar mata uang dapat mengganggu permintaan minyak secara berkelanjutan. OPEC memprediksi pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini meningkat hingga sekitar 1,1 juta barel per hari.
Akan tetapi permintaan minyak dunia masih di bawah potensi sebenarnya mengingat adanya sejumlah kegiatan ekonomi yang menyebabkan intensitas produksi minyak menurun.
Harga minyak pada Januari juga tercatat menurun karena menghadapi proyeksi negara-negara berkembang dan aksi penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Meski demikian, cuaca buruk di AS berpotensi memicu permintaan minyak dan menguatkan pasar di sana. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca juga:
Negara-negara Berkembang Selalu Kompak Soal Mata Uang
Mata Uang Negara Berkembang Ambruk, Salah AS atau Eropa?
Satu-satunya Mata Uang yang Aman dari Kekacauan Ekonomi