Sukses

Dirut Damri: Bagus Tidaknya Bus China Sesuai Anggaran

Direktur Utama Perum Damri Agus Suherman Subrata mengakui, jika ingin mengimpor bus dari China perlu diawasi secara ekstra.

Kasus temuan bus TransJakarta dan bus kota terintegrasi busway (BKTB) yang diimpor dari China telah berkarat meski belum lama dibeli, memunculkan kecurigaan jika bus tersebut berkualitas rendah.

Perihal ini, Direktur Utama Perum Damri Agus Suherman Subrata mengakui, jika ingin mengimpor bus dari China perlu diawasi secara ekstra. Pasalnya, pabrikan bus di China rata-rata memproduksi bus sesuai dengan dana yang diinginkan pemesan.

"Bus-bus asal China itu bagusnya sama semua, cuma kita harus tahu soal harga. Kalau ditawarkan di atas Rp 3,8 miliar (per bus) itu pasti kemahalan. Tapi pabrik di China tergantung permintaan kita, budget Rp 2,8 miliar juga dilayani, tinggal kita bagaimana mengawasi mereka," ujar dia di Kantor Pusat Damri, Jakarta, Kamis (13/2/2014).

Agus menjelaskan, pada 2012 saat Damri memenangkan tender sebagai investor sekaligus operator bus TransJakarta untuk koridor 1 dan koridor 8. Perusahaan plat merah tersebut melakukan pengadaan sebanyak 66 unit bus asal China dengan merk Zhong Tong.

Bus ini menggunakan mesin buatan Doosan GL 11K (asal Korea), transmisi buata Allison, articulater (sambungan) buatan Hubner dan AC buatan Songz.

"Dua minggu setelah kontrak, saya sudah datang ke sana (ke China). Saya langsung tinjau langsung ke sana. Semua bisa di-delivery kurang dari 18 bulan sehingga bisa memenuhi apa yg diinginkan BLU (Badan Layanan Umum)," lanjutnya.

Agus meminta agar bus tersebut dipastikan layak beroperasi, harus mengikuti pengujian didalam negeri. "Kita harus uji sertifikasi sasis, sertifikasi tabung gas, setelah ada sertifikasinya semua, saya minta dikalibrasi, saya rasa cuma kita yang dikalibrasi. Setelah itu baru kita berani memakai, itu juga dengan ujicoba beberapa kali terlebih dahulu," jelasnya.

Dengan demikian, lanjut Agus, bus yang beroperasi tidak bermasalah, baik sebelum maupun setelah beroperasi. "Supaya tidak karat (saat pengiriman), kita minta dilapisi semacam wax. Kita pakai kapal roro, kalau pakai barang biasa, tidak bisa, itu bisa patah disambungannya karena harus pakai crant," tandas dia. (Dny/Nrm)