Terkena hantaman besar dari pengaruh pasar global, Indonesia tampaknya perlu mencari sumber pendanaan baru guna mengurangi ketergantungannya pada para pemodal asing. Siapa sangka, peran dana haji ternyata berpotensi melepaskan ketergantungan Indonesia sekaligus menyelematkan ekonomi Indonesia.
Seperti dikutip dari Quartz, Selasa (18/2/2014), para analis perusahaan jasa finansial global Morgan Stanley tahun lalu memasukan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang paling berisiko atau terkenal dengan sebutan fragile five emerging markets. Bersama Turki, Afrika Selatan, Brasil dan India, Indonesia menjadi negara pemilik mata uang paling terancam dalam menghadapi aksi penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
Sama seperti keempat negara lainnya, Indonesia juga memiliki sejarah inflasi tinggi dan ketergantungan tinggi pada pemodal asing. Rupiah bahkan menjadi mata uang dengan pelemahan terparah tahun lalu setelah para investor melarikan dananya ke luar.
Hal yang dilupakan para analis, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Posisi ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada dana asing.
Quartz mengutip Financial Times, mencatat Kementerian Agama (Kemenag) setiap tahunnya mampu mencetak cadangan devisa hingga US$ 5,4 miliar dari deposito para penduduk yang menunaikan ibadah haji. Para haji bahkan harus rela menunggu 12 tahun untuk menunaikan ibadah haji.
Jutaan penduduk Indonesia bahkan rela membayar deposito hingga Rp 25 juta hanya untuk bergabung dalam daftar tunggu tersebut.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah membuat langkah maju dengan mulai menggunakan dana triliunan tersebut untuk membeli obligasi syariah atau sukuk. Strategi ini dianggap salah satu cara Indonesia melepaskan diri dari genggaman investor asing yang menguasai sepertiga surat utang Indonesia.
Strategi ini juga dirancang untuk memancing lebih banyak investasi swasta pada produk sukuk dengan menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan syariah domestik.
Menteri Keuangan Chatib Basri dalam sebuah kesempatan pernah menyatakan upayanya untuk mendiversifikasi sumber pendanaan yang selama ini bergantung pada produk obligasi global. Solusinya, pemerintah Indonesia akan fokus menjalin kerjasama dengan Kemenag untuk menerbitkan Sukuk.
Perlu diketahui, posisi utang asing Indonesia saat ini mencapai sekitar US$ 260 miliar. Artinya, masih banyak upaya yang harus dikerahkan untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal. Sementara ini, dana haji yang diprediksi meningkat tiga kali lipat pada 2024 dapat menjanjikan perubahan yang signifikan bagi Indonesia. Akankah Indonesia bisa mengoptimalkan triliunan dana haji ini untuk menyelamatkan perekonomian? (Sis/Shd)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca juga
Seperti dikutip dari Quartz, Selasa (18/2/2014), para analis perusahaan jasa finansial global Morgan Stanley tahun lalu memasukan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang paling berisiko atau terkenal dengan sebutan fragile five emerging markets. Bersama Turki, Afrika Selatan, Brasil dan India, Indonesia menjadi negara pemilik mata uang paling terancam dalam menghadapi aksi penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
Sama seperti keempat negara lainnya, Indonesia juga memiliki sejarah inflasi tinggi dan ketergantungan tinggi pada pemodal asing. Rupiah bahkan menjadi mata uang dengan pelemahan terparah tahun lalu setelah para investor melarikan dananya ke luar.
Hal yang dilupakan para analis, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Posisi ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada dana asing.
Quartz mengutip Financial Times, mencatat Kementerian Agama (Kemenag) setiap tahunnya mampu mencetak cadangan devisa hingga US$ 5,4 miliar dari deposito para penduduk yang menunaikan ibadah haji. Para haji bahkan harus rela menunggu 12 tahun untuk menunaikan ibadah haji.
Jutaan penduduk Indonesia bahkan rela membayar deposito hingga Rp 25 juta hanya untuk bergabung dalam daftar tunggu tersebut.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah membuat langkah maju dengan mulai menggunakan dana triliunan tersebut untuk membeli obligasi syariah atau sukuk. Strategi ini dianggap salah satu cara Indonesia melepaskan diri dari genggaman investor asing yang menguasai sepertiga surat utang Indonesia.
Strategi ini juga dirancang untuk memancing lebih banyak investasi swasta pada produk sukuk dengan menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan syariah domestik.
Menteri Keuangan Chatib Basri dalam sebuah kesempatan pernah menyatakan upayanya untuk mendiversifikasi sumber pendanaan yang selama ini bergantung pada produk obligasi global. Solusinya, pemerintah Indonesia akan fokus menjalin kerjasama dengan Kemenag untuk menerbitkan Sukuk.
Perlu diketahui, posisi utang asing Indonesia saat ini mencapai sekitar US$ 260 miliar. Artinya, masih banyak upaya yang harus dikerahkan untuk meningkatkan sumber pendanaan lokal. Sementara ini, dana haji yang diprediksi meningkat tiga kali lipat pada 2024 dapat menjanjikan perubahan yang signifikan bagi Indonesia. Akankah Indonesia bisa mengoptimalkan triliunan dana haji ini untuk menyelamatkan perekonomian? (Sis/Shd)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Baca juga
Cegah Penyimpangan Dana Haji, DPR Ingin Ada Lembaga Khusus
Kementerian Agama Dapat Tambal Defisit APBN
Baca Juga
Pemerintah Biayai 3 Proyek dengan Sukuk
Advertisement