Harga minyak mentah dunia naik ke level US$ 103 per barel seiring permintaan minyak tinggi karena faktor cuaca dingin di Amerika Utara.
Minyak mentah AS naik 59 sen menjadi US$ 103,02, setelah menyentuh level tertinggi sebelumnya US$ 103,34. Level itu tertinggi sejak 10 Oktober. Selain itu, minyak mentah Brent turun 2 sen menjadi US$ 110,43 setelah sempat berada di level tertinggi di bursa ICE futures London.
Musim dingin telah mendorong permintaan kuat untuk bahan bakar pemanas utama seperti gas alam dan minyak khususnya untuk rumah tangga di Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran terhadap persediaan turun pun mendorong harga minyak semakin melonjak.
Kondisi politik di Afrika dan Venezuela yang dapat mempengaruhi persediaan minyak global. Hal itu mengingat Venezuela, salah satu pemasok minyak untuk AS.
"Pasar terus didukung oleh permintaan minyak tetapi masalah pasokan dari Libya dan kekhawatiran kekerasan di Venezuela, membuat trader gugup," kata Andy Lipow, President of Lipow Oil Associates.
Para trader pun bertaruh permintaan minyak tetap tinggi di tengah cuaca dingin yang ekstrim. Hal itu pun memicu harga minyak akan terus menguat, apalagi prediksi cuaca dingin masih tetap berlanjut hingga dua pekan ke depan.
"Cuaca mendorong permintaan untuk minyak. Ini adalah pasar yang benar-benar terlihat kencang secara fisik," ujar Tim Evans, Analis Citigroup, seperti dilansir Reuters, Kamis (20/2/2014).
Para pelaku pasar juga akan fokus terhadap stok permintaan minyak di AS. Menurut data yang rilis pada 14 Februari 2014, stok minyak sekitar 1,9 juta barel. American Petroleum Institute dan EIA akan merilis laporan stok minyak pada Rabu waktu setempat.
Sementara itu, pelaku pasar berharap terhadap peningkatan pasokan minyak dari Iran. Salah satu negara produsen minyak utama ini akan dapat mengekspor lebih banyak minyak mentah jika perundingan berakhir dengan pengurangan sanksi. Saat ini Iran menyelesaikan kesepakatan pengendalian program nuklirnya di Wina. (Ahm)
Minyak mentah AS naik 59 sen menjadi US$ 103,02, setelah menyentuh level tertinggi sebelumnya US$ 103,34. Level itu tertinggi sejak 10 Oktober. Selain itu, minyak mentah Brent turun 2 sen menjadi US$ 110,43 setelah sempat berada di level tertinggi di bursa ICE futures London.
Musim dingin telah mendorong permintaan kuat untuk bahan bakar pemanas utama seperti gas alam dan minyak khususnya untuk rumah tangga di Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran terhadap persediaan turun pun mendorong harga minyak semakin melonjak.
Kondisi politik di Afrika dan Venezuela yang dapat mempengaruhi persediaan minyak global. Hal itu mengingat Venezuela, salah satu pemasok minyak untuk AS.
"Pasar terus didukung oleh permintaan minyak tetapi masalah pasokan dari Libya dan kekhawatiran kekerasan di Venezuela, membuat trader gugup," kata Andy Lipow, President of Lipow Oil Associates.
Para trader pun bertaruh permintaan minyak tetap tinggi di tengah cuaca dingin yang ekstrim. Hal itu pun memicu harga minyak akan terus menguat, apalagi prediksi cuaca dingin masih tetap berlanjut hingga dua pekan ke depan.
"Cuaca mendorong permintaan untuk minyak. Ini adalah pasar yang benar-benar terlihat kencang secara fisik," ujar Tim Evans, Analis Citigroup, seperti dilansir Reuters, Kamis (20/2/2014).
Para pelaku pasar juga akan fokus terhadap stok permintaan minyak di AS. Menurut data yang rilis pada 14 Februari 2014, stok minyak sekitar 1,9 juta barel. American Petroleum Institute dan EIA akan merilis laporan stok minyak pada Rabu waktu setempat.
Sementara itu, pelaku pasar berharap terhadap peningkatan pasokan minyak dari Iran. Salah satu negara produsen minyak utama ini akan dapat mengekspor lebih banyak minyak mentah jika perundingan berakhir dengan pengurangan sanksi. Saat ini Iran menyelesaikan kesepakatan pengendalian program nuklirnya di Wina. (Ahm)