Sukses

IMF Minta AS Pelan-pelan Tarik Dana Stimulusnya

Dana Moneter Internasional (IMF) meminta negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) tidak tergesa-gesa menarik dana stimulusnya.

Lembaga finansial global, Dana Moneter Internasional (IMF) meminta negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) tidak tergesa-gesa menarik dana stimulusnya.

Itu karena lemahnya pemulihan ekonomi global dan volatilitas pasar baru-baru ini berisiko mengancam stabilitas ekonomi negara-negara berkembang.

Seperti dikutip dari CNBC, Kamis (20/2/2014), IMF mengatakan, perlu ada kejelasan dan koordinasi yang lebih baik antara The Fed dan sejumlah pembuat kebijakan di negara berkembang mengenai rencana penarikan dana stimulusnya.

Dalam laporan terbarunya, IMF mengumumkan, prediksi pertumbuhan ekonomi global masih sama dengan penilaian pada Januari. Pertumbuhan tahun ini diprediksi berada di level 3,75% dan 4% pada 2015.

Akan tetapi muncul berbagai risiko baru seperti tingkat inflasi yang sangat rendah di kawasan Eropa dan negara berkembang hingga diperlukan sejumlah kebijakan ekonomi baru dan tingkat nilai tukar yang fleksibel. Selain itu perubahan cuaca ekstrim yang belakangan ini terjadi juga ikut berpengaruh.

"Penarikan dana keluar tingginya suku bunga, dan pelemahan parah mata uang di negara berkembang masih menjadi kecemasan utama. Kelanjutan penarikan dana stimulus dapat memangkas nilai investasi dan pertumbuhan ekonomi di sejumlah begara," seperti tertulis dalam laporan IMF menjelang pertemuan menteri-menteri keuangan Gubernur Bank Sentral G20 di Sydney.

Beberapa negara berkembang telah menuding The Fed sebagai penyebab penurunan kinerja pasar keuangan pada Januari dan tahun lalu saat bank sentral AS baru mengumumkan akan menarik dana stimulusnya.

Saat ini The Fed telah benar-benar menarik dana stimulusnya dan menyisakan pembelian obligasi sebesar US$ 65 miliar dalam dua bulan terakhir. IMF diminta tidak terlalu tergesa-gesa dalam menarik dana stimulusnya.

"Dengan prospek peningkatan yang ada, sangat penting untuk menghindari penarikan kebijakan moneter yang amatur termasuk apa yang dilakukan AS," seperti diumumkan IMF.

Sementara itu, hasil analisa para ekonom menunjukkan penerapan reformasi struktural termasuk perubahan pasar tenaga kerja dan investasi infrastruktur dapat menambah 0,5% pada pertumbuhan ekonomi global setiap tahunnya. (Sis/Nrm)
Video Terkini