Pemerintah belum berencana mengimpor cabai dalam rangka stabilisasi harga akibat kenaikan harga komoditas ini pasca meletusnya Gunung Kelud, Jawa Timur. Alasannya, karena hingga kini belum ada tandingan cabai luar negeri yang menyamai cabai lokal.
"Kita belum tahu jumlahnya berapa, misalnya komoditas cabai susah cari impornya karena tidak ada gantinya. Jadi ini yang mesti dilihat, karena tidak gampang (impor cabai)," ungkap Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Dia beralasan, sulit mencari pengganti produk cabai dari negara lain yang sama dengan produksi Indonesia. Cabai dari Indonesia dinilai tidak ada substitusinya (pengganti).
"Orang Indonesia kan tidak mau makan cabai tapi diganti menjadi cabai bubuk. Jadi sulit substitusinya," tukas Lutfi.
Lebih jauh dia mengakui, pasokan pangan pasca peristiwa Gunung Kelud masih normal. Namun Lutfi tak menampik bila stok bisa terganggu apabila kondisinya masih berlarut-larut.
"Kalau dilihat pasarnya di Jakarta masih normal. Ke depan akan terganggu karena Gunung Kelud kan sentra bawang dan cabai. Kenaikan harganya 16%-20% tapi nanti kita hitung bersama lagi karena setelah erupsi terjadi hujan, mestinya kalau hujan tidak separah seperti yang kita perhitungkan. Kita berharap untuk yang terbaik, tapi kita siap untuk yang terburuk," jelasnya.
Dia mengatakan, pemerintah masih akan mempelajari kemungkinan impor akibat melambungnya harga bahan pangan.
"Kita lihat dulu supaya keekonomian masyarakat baik. Supaya kegiatan jual beli di pasar tetap berlangsung," pungkas Lutfi. (Fik/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com