Sukses

Tapering The Fed, Bisa Ditebak Tapi Tak Bisa Dihindari

Keputusan Bank Sentral AS (The Fed) untuk menarik dana stimulusnya (tapering) masih membayangi para investor dan pasar keuangan.

Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menarik dana stimulusnya (tapering) masih membayangi para investor dan sejumlah pasar keuangan di negara berkembang. Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Angel Gurria mengatakan, langkah The Fed untuk menarik dana stimulusnya dapat diprediksi dengan mudah tapi sayangnya, tidak bisa dihindari begitu saja.

"Kamu sudah sejak lama mengatakan, tapering itu bisa ditebak tapi tidak dapat dihindari. Positifnya, normalitas perekonomian sedang dalam proses mencapai targetnya," ungkap Gurria di Sydney menjelang pertemuan para menteri keuangan G20 seperti dikutip dari CNBC, Jumat (21/2/2014).

Sejak pertengahan tahun lalu, pasar-psar keuangan di sejumlah negara berkembang seperti Argentina, Brasil, Turki dan Indonesia secara brutal diserang aksi jual para investor. Tindakan itu merupakan dampak pengumuman The Fed yang saat itu baru berencana menarik dana stimulusnya.

Namun dibandingkan tahun lalu, Sekjen lembaga internasional yang bertugas membantu mengatasi tantangan ekonomi dan sosial di berbagai negara itu menilai, pasar-pasar keuangan kini sudah lebih siap menghadapi kebijakan moneter The Fed.

"Satu hal yang pasti mengenai tapering The Fed, adalah keputusan itu datang seperti steroid. Saat Ben Bernanke mengumumkannya pada Mei, hampir semua pasar keuangan mengalami turbulensi. Tapi sekarang, beberapa turbulensi bahkan tidak lagi disebabkan dampak tapering," jelasnya.

Senada dengan Gurria, Presiden Asian Development Bank menyatakan, negara-negara berkembang berada di posisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Sejauh ini, The Fed telah menarik dana stimulusnya sebesar US$ 20 miliar, masing-masing senilai US$ 10 miliar pada Desember dan Januari. Artinya peredaran uang The Fed yang masih bisa dinikmati pasar keuangan luar negeri sebesar US$ 65 miliar. (Sis/Ndw)