Pasca bertolak ke Nigeria dalam rangka kunjungan kerja menemui Presiden Nigeria Goodluck Ebele Jonathan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Armida Alisjahbana memiliki kesempatan berbagi cerita mengenai kondisi ekonomi salah satu negara MINT itu.
Ditemui di kantor PPN, Jumat (21/2/2014), Armida menilai Nigeria sebagai negara dengan potensi minyak dan gas (migas) sangat besar dan dapat dikembangkan secara massif. Kondisi ini menunjukkan kemiripan dengan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA).
"Nigeria itu memiliki jumlah penduduk hampir 180 juta jiwa atau yang terbesar di kawasan Afrika. Ekonominya juga berada di posisi nomor dua terbesar setelah Afrika Selatan. Dan bisa menjadi nomor satu dalam waktu dekat," ujar dia.
Dari sisi basis penduduk, kata Armida, Nigeria berpotensi menggeser posisi Indonesia dari terbesar nomor empat di dunia menjadi nomor lima di 2035. Sementara jumlah penduduk Indonesia pada 2035 menembus lebih dari 300 juta jiwa.
Melongok potensi sumber daya alam, lanjutnya, Nigeria masuk dalam anggota OPEC (produsen minyak di dunia) dengan total produksi (lifting) minyak mentah mencapai 2,5 juta barel per hari. Sedangkan produksi minyak di Indonesia hanya 800 ribu barel per hari.
"Tapi konsumsinya cuma satu juta barel per hari karena ekonominya masih di bawah, makanya banyak ekspor. Sebab Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Nigeria sebesar US$ 1.500 atau masih jauh lebih rendah dari kita," tuturnya.
Dia menyebut, kondisi yang sama juga terkait dengan lifting gas belum dieksploitasi secara penuh, sehingga sektor migas di Nigeria mempunyai potensi besar untuk digarap.
"Di sana yang kaya banyak, yang miskin juga banyak. Jadi kesenjangan antara yang miskin dan kaya lebih tinggi dari kita. Indikator kesejahteraan rakyatnya pun masih lebih rendah dari kita," ujar Armida.
Di sisi lain, dia mengakui, sempat menggelar pertemuan dengan Presiden Nigeria untuk menyampaikan pendapat terkait ide pengelompokkan Nigeria, Indonesia, Meksiko, dan Turki dari Ekonom Senior Jim O'Neil.
"Kami ingin bertanya langsung dengan Jim O'Neil apa yang dimaksud dengan MINT, lalu dikaji lagi apakah pengelompokkan ini dapat memberikan keuntungan atau bernilai tambah. Inilah yang ingin dikembangkan, jangan hanya pertemuan internal saja," pungkas Armida. (Fik/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Ditemui di kantor PPN, Jumat (21/2/2014), Armida menilai Nigeria sebagai negara dengan potensi minyak dan gas (migas) sangat besar dan dapat dikembangkan secara massif. Kondisi ini menunjukkan kemiripan dengan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA).
"Nigeria itu memiliki jumlah penduduk hampir 180 juta jiwa atau yang terbesar di kawasan Afrika. Ekonominya juga berada di posisi nomor dua terbesar setelah Afrika Selatan. Dan bisa menjadi nomor satu dalam waktu dekat," ujar dia.
Dari sisi basis penduduk, kata Armida, Nigeria berpotensi menggeser posisi Indonesia dari terbesar nomor empat di dunia menjadi nomor lima di 2035. Sementara jumlah penduduk Indonesia pada 2035 menembus lebih dari 300 juta jiwa.
Melongok potensi sumber daya alam, lanjutnya, Nigeria masuk dalam anggota OPEC (produsen minyak di dunia) dengan total produksi (lifting) minyak mentah mencapai 2,5 juta barel per hari. Sedangkan produksi minyak di Indonesia hanya 800 ribu barel per hari.
"Tapi konsumsinya cuma satu juta barel per hari karena ekonominya masih di bawah, makanya banyak ekspor. Sebab Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Nigeria sebesar US$ 1.500 atau masih jauh lebih rendah dari kita," tuturnya.
Dia menyebut, kondisi yang sama juga terkait dengan lifting gas belum dieksploitasi secara penuh, sehingga sektor migas di Nigeria mempunyai potensi besar untuk digarap.
"Di sana yang kaya banyak, yang miskin juga banyak. Jadi kesenjangan antara yang miskin dan kaya lebih tinggi dari kita. Indikator kesejahteraan rakyatnya pun masih lebih rendah dari kita," ujar Armida.
Di sisi lain, dia mengakui, sempat menggelar pertemuan dengan Presiden Nigeria untuk menyampaikan pendapat terkait ide pengelompokkan Nigeria, Indonesia, Meksiko, dan Turki dari Ekonom Senior Jim O'Neil.
"Kami ingin bertanya langsung dengan Jim O'Neil apa yang dimaksud dengan MINT, lalu dikaji lagi apakah pengelompokkan ini dapat memberikan keuntungan atau bernilai tambah. Inilah yang ingin dikembangkan, jangan hanya pertemuan internal saja," pungkas Armida. (Fik/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com