Meski menuai protes, langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menertibkan pedagang kaki lima di sejumlah pasar pelan-pelan mulai membuat iri pedagang di kawasan lain. Sejumlah pedagang di Pasar Kebayoran yang selama ini menempati lantai dua dari komplek perdagangan tersebut mengaku terus merugi.
Para pedagang menuding kerugian yang diderita selama ini dipicu makin sepinya pembeli yang naik ke lantai atas karena kalah bersaing dengan pedagang kaki lima yang kian marak di lantai satu.
"Pedagang yang di atas terlalu banyak," ujar Candra (62) salah seorang pedagang lantai dua Pasar Kebayoran, Jumat (21/2/2014).
Candra menilai, pengelola pasar seharusnya mengurangi jumlah pedagang kaki lima yang menempati lantai satu. Para pedagang pun menyayangkan janji pemerintah yang akan memindahkan para pedagang kaki lima pada awal 2014. Sayangnya, janji tersebut tak kunjung terealisasi.
"Kami himbau pada Jokowi agar pasar dibuat seperti Pasar Minggu dan Palmerah. Kalau nggak pedagang yang di atas bisa nangis. Lama-lama tutup" katanya.
Selain sepinya jumlah pembeli, pengeluaran pedagang membengkak aklibat retribusi yang dibebankan sebesar Rp 45 ribu per hari. Pengeluaran tersebut belum ditambah gaji yang harus diberikan pemilik kios kepada para pekerjanya.
"Belum anak buah yang digaji 50 ribu sampai 60 ribu per hari,"kata Candra.(Shd)
Para pedagang menuding kerugian yang diderita selama ini dipicu makin sepinya pembeli yang naik ke lantai atas karena kalah bersaing dengan pedagang kaki lima yang kian marak di lantai satu.
"Pedagang yang di atas terlalu banyak," ujar Candra (62) salah seorang pedagang lantai dua Pasar Kebayoran, Jumat (21/2/2014).
Candra menilai, pengelola pasar seharusnya mengurangi jumlah pedagang kaki lima yang menempati lantai satu. Para pedagang pun menyayangkan janji pemerintah yang akan memindahkan para pedagang kaki lima pada awal 2014. Sayangnya, janji tersebut tak kunjung terealisasi.
"Kami himbau pada Jokowi agar pasar dibuat seperti Pasar Minggu dan Palmerah. Kalau nggak pedagang yang di atas bisa nangis. Lama-lama tutup" katanya.
Selain sepinya jumlah pembeli, pengeluaran pedagang membengkak aklibat retribusi yang dibebankan sebesar Rp 45 ribu per hari. Pengeluaran tersebut belum ditambah gaji yang harus diberikan pemilik kios kepada para pekerjanya.
"Belum anak buah yang digaji 50 ribu sampai 60 ribu per hari,"kata Candra.(Shd)