Bank Indonesia (BI) diimbau tetap waspada meski sejumlah data ekonomi membaik terutama defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2013.
"BI tidak boleh lengah karena perbaikan satu komponen saja sehingga melonggarkan kebijakan moneternya. Defisit Indonesia masih besar," ujar Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Ariefianto, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (23/2/2014).
Dody mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia masih besar. Hal itu terjadi karena kinerja ekspor Indonesia belum membaik signifikan,subsidi bahan bakar minyak (BBM) besar, ditambah impor barang setengah jadi.
Memang Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan hingga ke level 7,5% untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan. Meski demikian, Dody menilai, menjaga defisit tersebut memang bukan tugas BI semata.
"Kementerian teknis juga harusnya turut menjaga. Karena menjaga defisit bukan hanya menaikkan suku bunga acuan saja perlu ada kebijakan untuk turut meningkatkan ekspor," kata Dody.
Dody mengharapkan, saat ini BI tetap mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di kisaran 7,5%. "BI sudah mengambil langkah dengan menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga current account defisit. Diharapkan BI tetap mempertahankannya," ujar Dody.
Saat ditanya mengenai bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan, Dody menilai, The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuannya pada akhir 2015.
Saat ini ekonomi AS masih labil. Selain itu, tingkat pengangguan AS diharapkan di bawah 6,6% baru The Federal Reserve akan menyesuaikan dengan menaikkan suku bunga. "Saya kira masih cukup lama The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Selama 2014 tapering akan dilakukan baru nanti suku bunga dinaikkan," ujar Dody.
Adapun defisit transaksi berjalan kuartal IV 2013 turun tajam menjadi US$ 4 miliar atau 1,98% dari PDB.dari US$ 8,5 miliar atau 3,85% dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2013. (Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
"BI tidak boleh lengah karena perbaikan satu komponen saja sehingga melonggarkan kebijakan moneternya. Defisit Indonesia masih besar," ujar Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody Ariefianto, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (23/2/2014).
Dody mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia masih besar. Hal itu terjadi karena kinerja ekspor Indonesia belum membaik signifikan,subsidi bahan bakar minyak (BBM) besar, ditambah impor barang setengah jadi.
Memang Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan hingga ke level 7,5% untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan. Meski demikian, Dody menilai, menjaga defisit tersebut memang bukan tugas BI semata.
"Kementerian teknis juga harusnya turut menjaga. Karena menjaga defisit bukan hanya menaikkan suku bunga acuan saja perlu ada kebijakan untuk turut meningkatkan ekspor," kata Dody.
Dody mengharapkan, saat ini BI tetap mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di kisaran 7,5%. "BI sudah mengambil langkah dengan menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga current account defisit. Diharapkan BI tetap mempertahankannya," ujar Dody.
Saat ditanya mengenai bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan, Dody menilai, The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuannya pada akhir 2015.
Saat ini ekonomi AS masih labil. Selain itu, tingkat pengangguan AS diharapkan di bawah 6,6% baru The Federal Reserve akan menyesuaikan dengan menaikkan suku bunga. "Saya kira masih cukup lama The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Selama 2014 tapering akan dilakukan baru nanti suku bunga dinaikkan," ujar Dody.
Adapun defisit transaksi berjalan kuartal IV 2013 turun tajam menjadi US$ 4 miliar atau 1,98% dari PDB.dari US$ 8,5 miliar atau 3,85% dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2013. (Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com