Sukses

Kisah Messi: Suntik Hormon Hingga Kontrak di Atas Serbet [1]

Messi kecil mengidap kelainan. Ia kekurangan hormon dan terancam tak bisa tumbuh normal. Apa yang sebenarnya terjadi?

Liputan6.com, Barcelona: Jorge Horacio Messi dan Celia Maria pulang dari rumah sakit dengan wajah murung. Keduanya membawa kabar buruk. Anak kesayangan mereka, Lionel Andres Messi, divonis mengidap defisiensi hormon (kekurangan hormon pertumbuhan).

"Apa yang harus kita lakukan," begitu kira-kira pertanyaan di benak pasangan itu. Mereka kehabisan akal. Bingung, tak tahu harus berbuat apa. Anak mereka terancam tak bisa tumbuh normal.

Hanya satu cara menyembuhkannya, suntik hormon. Jorge dan Celia lalu menghabiskan tabungan mereka untuk membiayai pengobatan Messi kecil. Semua barang mereka jual. Namun, lambat laun keuangan menipis dan mereka tak sanggup lagi.

Biaya pengobatannya cukup mahal. Sekitar 900 US$ dollar (atau sekitar Rp 10 juta) per bulan.  Ini berat bagi Celia yang berprofesi sebagai tukang cuci, sementara Jorge buruh di pabrik.

Di tempat lain, Messi kecil tak menyadari penyakitnya. Ia hanya menikmati permainan sepakbola di tim yunior Newell's Old Boys. Tubuhnya yang relatif lebih kecil dari anak-anak seusianya membuat ia jadi pusat perhatian.

Tapi, kelemahannya itu justru ia jadikan kekuatan. Ia jago meliuk-liuk melewati lawan-lawannya. Dengan dribel dan kecepatan di atas rata-rata, Messi kecil langsung jadi striker andalan timnya.

Bakatnya makin kelihatan setelah ia membawa timnya hanya sekali kalah selama empat tahun. Saking hebatnya, Messi kecil mendapat julukan "The Machine of '87", sesuai tahun kelahirannya.

Cinta Matematika

Messi kecil ternyata tak hanya pintar mengolah bola. Ia juga mempunyai prestasi akademik yang cukup baik. Eks pengajar Messi di sekolah mengakui bahwa Messi sangat menyukai matematika. Bahkan ia mendapatkan nilai 10 pada beberapa mata pelajaran seperti matematika, bahasa Spanyol dan IPA.

Meski berotak encer, tapi sepakbola tetap jadi tujuan hidup Messi. Ia terus mengasah kemampuannya dan tawaran dari seantero Argentina pun berdatangan. Namun, semua tim mundur setelah tahu Messi mengidap kelainan.

Rexach, Sang Penyelamat

Di tengah rasa frustrasi, munculah legenda Barcelona, Carles Rexach. Pria yang ketika itu menjabat Direktur Olahraga Barcelona menerima informasi bahwa ada seorang "bocah ajaib" dari Argentina yang butuh pertolongan.

Tanpa pikir panjang, Rexach langsung terbang ke negara itu untuk menyaksikan Messi bermain. Alangkah terkejutnya saat menyaksikan skill Messi di lapangan. Ia dibuat terpukau oleh bocah 13 tahun tersebut. Ia lalu meminta Messi ikut trial (masa percobaan) di Barcelona.

Sadar akan potensi Messi, Rexach buru-buru membuat kontrak. Karena waktu mepet dan tak ada kertas, Rexach nekat membuat kontrak di atas sebuah serbet makan. Ia benar-benar khawatir kehilangan Messi kecil.

Dalam kontrak tersebut disebutkan bahwa Barca akan menanggung biaya pengobatan Messi asalkan ia pindah dan menetap di Barcelona. Keluarga Messi pun menyetujui kontrak tersebut. Messi dan ayahnya lalu pindah permanen ke Spanyol.

"Aku membuat banyak pengorbanan saat meninggalkan Argentina, meninggalkan keluargaku untuk memulai hidup baru. Tapi semua kulakukan demi sepakbola dan demi impianku. Itu sebabnya aku tidak pergi keluar berpesta saat remaja," kenang Messi mengingat peristiwa belasan tahun lalu.

"Barcelona adalah satu-satunya klub yang mau membiayai pengobatanku. Aku akan selalu berhutang budi pada klub ini," ucap dia.

Setelah pindah ke Spanyol, Messi lalu masuk akademi La Masia. Di sini bakatnya makin terasah dan ia bertemu dua sahabatnya saat ini, Cesc Fabregas dan Gerard Pique.

Bagaimana cerita selanjutnya dari perjalanan hidup Lionel Messi? Ikuti terus di kisahnya di Liputan6.com.

Video Terkini