Sukses

Blatter Tolak Tayangan Ulang Video

Kontroversi keputusan wasit di ajang premiership membuat Liga Premier mengusulkan pemakaian teknologi video. Presiden FIFA, Sepp Blatter dengan keras menolak usul tersebut dan hanya akan mengizinkan teknologi dipakai dalam menentukan goal-line.

Menyikapi kontroversi keputusan wasit yang dianggap meragukan dalam sejumlah pertandingan di ajang premiership akhir-akhir ini membuat Liga Premier—dengan dukungan opini beberapa manajer top—mengusulkan kepada FIFA, administratur sepakbola tertinggi di dunia, untuk mengizinkan digunakannya teknologi tayangan ulang video.

Namun, tampaknya, usul yang akan dibahas FIFA dan The International FA Board di Manchester awal Maret 2007 nanti itu akan membentur tembok. Pasalnya, seperti yang dilansir media massa, Presiden FIFA, Sepp Blatter menolak dengan tegas penggunaan teknologi tayangan ulang video tersebut. Blatter hanya mengizinkan digunakannya teknologi goal-line atau memutuskan sah-tidaknya sebuah gol dengan cara menggunakan bola microchip atau menggunakan kamera di belakang gawang yang terhubung real time ke komputer.

Konfirmasi penolakan itu diungkapkan Blatter ketika berbicara dalam konferensi Soccerex di Dubai, Senin, 27 November 2006. “Saya hanya akan membicarakan soal teknologi goal-line. Memang, pada dasarnya, kita harus dapat membantu para wasit membuat keputusan yang akurat. Tetapi, kita tidak dapat menghentikan pertandingan hanya untuk melihat video atau layar monitor untuk menganalisis apa yang telah terjadi,” kata Blatter seperti dikutip Daily Mail. Blatter pun menyatakan penggunaan teknologi goal-line itu akan diuji coba dalam Turnamen Piala Dunia Antar Klub yang akan berlangsung di Tokyo, Jepang, Desember 2007.

Blatter menegaskan penggunaan tayangan ulang video seperti yang diusulkan Liga Premier akan membuat sepakbola kehilangan unsur utamanya, yaitu spontanitas dan pesona. “Tayangan ulang video itu akan menghilangkan spontanitas dan pesona dari sepakbola. Selama saya menjabat sebagai presiden, hanya akan ada satu teknologi yang dipakai, goal-line. Pun ketika saya nanti sudah pensiun, tidak akan ada kesempatan bagi digunakannya tayang ulang via video itu,” tandas Blatter.

Selain menolak usul Liga Premier itu, Blatter juga kembali mengritik kebijakan klub-klub besar (kaya) di Eropa yang selalu memburu pemain berkelas dunia. Blatter pun kembali mengingatkan akan adanya proposal FIFA yang menuntut dipakainya sistem “6 tambah 5”, sistem dimana setiap klub dalam susunan pemainnya (starting line-up) wajib memainkan enam pemain lokal.

“Kami percaya sistem “6 tambah 5” itu akan lebih memberikan insentif kepada para pemain muda. Sebab, nyaris semua klub besar mempunyai akademi junior. Namun, tidak semua dari mereka mempunyai kesempatan untuk bertanding,” jelas Blatter.
    Video Terkini