Liputan6.com, Sleman: Persiram Raja Ampat sudah setengah musim menjadikan Maguwoharjo International Stadium (MIS), Sleman, sebagai home base mereka. Selama waktu tersebut, panitia pelaksana (panpel) pertandingan mengalami kerugian.
Ketua Panpel Persiram, Martin Benny Maran, mengatakan, setiap pertandingan Divisi Timur Indonesia Super League (ISL) digelar di Maguwoharjo, panitia selalu nombok. Itu lantaran pemasukan dari tiket pertandingan jauh dari harapan.
“Operasional penyelenggaraan setiap kali pertandingan mencapai Rp 60 juta. Sementara, pemasukan kami dari penjualan tiket tidak sampai Rp 5 juta,” jelas Benny, Jumat (30/05/2014).
Benny mengaku pihaknya hanya dapat mengantongi pendapatan antara Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta dalam setiap pertandingan. Panpel sendiri setiap pertandingan mencetak tiket sekitar 3 ribu lembar.
Banyaknya jumlah tiket yang dicetak ternyata tidak sebanding dengan antusias penonton untuk datang ke stadion. Benny mencatat, sepanjang musim ini hanya laga home saja saat tim dari Papua ini menjamu Persipura Jayapura yang dapat menghadirkan jumlah penonton cukup banyak.
“Saat itu kami mendapatkan hasil Rp 15 juta. Cukup banyak dalam sejarah kami menjadi panpel disini,” imbuh dia.
Meski begitu, Benny mengaku senang menggunakan MIS sebagai stadion sementara, hingga kondisi stadion mereka di Raja Ampat selesai dibangun. “Sejak musim lalu kami selalu berpindah-pindah. Sempat di Jakarta lalu ke Papua dan saat ini di Yogyakarta,” ujarnya.
Sepi Penonton, Panpel Persiram Rugi
Panpel Persiram selalu merugi setiap pertandingan digelar di Maguwoharjo, lantaran pemasukan dari tiket pertandingan jauh dari harapan.
Advertisement