Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia memang bukan sekadar sebuah ajang olahraga. Melainkan sebuah event budaya yang memiliki kaitan dengan berbagai segi kehidupan, mulai dari fesyen hingga perihal perekonomian. Bahkan sebuah studi menunjukkan relasi antara apa yang terjadi di Piala Dunia dengan kehidupan rumah tangga.
Seperti dilansir dari The Daily Mail, Minggu (29/6/2014), sebuah studi di Inggris mengungkap bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di negara tersebut meningkat sebesar 38% saat timnas Inggris keluar dari Piala Dunia. Riset ini dilakukan oleh University of Lancaster.
Hasil penelitian ini kemudian diwujudkan dalam bentuk video oleh organisasi bernama `Tender`. Dalam video tersebut tampak seorang wanita tampak cemas saat menonton pertandingan Piala Dunia. Video ini sudah ditonton sebanyak lebih dari 350 ribu kali. Video ini diakhiri dengan kalimat “Tidak ada yang menginginkan Inggris menang selain wanita”. (Lihat videonya di sini).
Tender adalah sebuah organisasi yang fokus pada masalah kekerasan dalam sebuah hubungan. Organisasi ini berupaya mendidik masyarakat tentang isu tersebut melalui kesenian. “Saat Piala Dunia berlangsung, minuman berakohol akan semakin banyak dikonsumsi dan emosi pun akan meningkat. Hal – hal ini merupakan pemicu tindak kekerasan,” ucap juru bicara Tender.
Sambungnya, “Meski riset ini belum cukup memadai untuk menjelaskan hubungan antara KDRT dan Piala Dunia, data yang didapat seharusnya menjadi alarm dan tak boleh diabaikan”. Video yang dibuat organisasi ini dirilis pada hari Selasa (24/6/2014), setelah Inggris keluar dari kompetisi merebut trofi Piala Dunia karena kekalahan pada pertandingan melawan Italia dan Urugay, dan seri pada pertandingan melawan Costa Rica.