Sukses

Ganda Putri Indonesia Runtuhkan Kedigdayaan Tiongkok

Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir, Tiongkok selalu memastikan medali emas ganda putri lewat partai All Chinese Final.

Liputan6.com, Incheon - Sebuah perjuangan yang luar biasa ditunjukkan oleh pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari di babak semifinal bulutangkis perorangan Asian Games 2014. Greysia/Nitya berhasil melaju ke partai puncak setelah membungkam unggulan dua sekaligus juara bertahan dari Tiongkok, Tian Qing/Zhao Yunlei dengan skor 21-17, 19-21, 21-17 lewat pertandingan berdurasi 70 menit.

“Kami bersyukur bisa melaju ke babak final, ini semua adalah hasil kerja keras. Lewat kemenangan ini, kami menunjukkan bahwa dalam setiap pertandingan kami sangat ingin menang, sama seperti harapan para pendukung kami. Ini juga membuktikan bahwa kalau kita mau dan berusaha, tidak ada yang tidak mungkin,” kata Greysia yang tak dapat menahan air mata haru.

“Dari mulai babak kedua, kami bertemu lawan yang sebelumnya selalu mengalahkan kami. Saat itu kami berpikir tidak mau kalah lagi dari mereka, kami hanya ingin menang. Jadi kami fokus satu demi satu pertandingan,” tambahnya sambil mengusap air mata.

Kemenangan Greysia/Nitya ke babak final juga mencatat sejarah baru bagi sektor ganda putri Indonesia. Setelah 16 tahun lamanya sektor ini belum berhasil mengirim wakil ke final Asian Games, kini keduanya menjadi simbol kebangkitan sektor yang ditangani Eng Hian, Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI ini.

“Kunci kemenangan kami adalah bermain tanpa beban, kami tidak mau memikirkan target atau babak final, pokoknya kami bermain yang bagus dulu. Selain itu, komunikasi dan saling percaya dengan partner juga sangat berpengaruh,” ungkap Nitya dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

2 dari 2 halaman

Tiongkok Biasanya Langganan Meraih Emas Ganda Putri

 

Sebelumnya, ganda putri Indonesia terakhir yang berhasil lolos ke babak final Asian Games adalah Deyana Lomban/Elyza Nathanael. Keduanya meraih medali perak Asian Games 1998 di Bangkok, Thailand, setelah dikalahkan Ge Fei/Gu Jun (Tiongkok) di babak final.

Sementara bagi Tiongkok, hasil ini terbilang cukup mengecewakan. Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir, Tiongkok selalu memastikan medali emas ganda putri lewat partai All Chinese Final. Namun di Asian Games kali ini, Tiongkok bahkan gagal mengirimkan Tian/Zhao yang menjadi harapan terakhir di ganda putri untuk lolos ke final.

Pasangan peringkat tiga dunia asal Jepang, Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo akan menjadi lawan Greysia/Nitya di babak final. Siapapun yang akan menang di final, sama-sama akan menorehkan prestasi gemilang. Mampukah Greysia/Nitya mengulang sukses Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna yang berhasil meraih emas ganda putri pada Asian Games 1978?

Ataukah Ayaka/Misaki yang bakal menjadi juara ganda putri Asian Games asal Jepang setelah 44 tahun lamanya? Jepang tercatat pernah merebut medali emas ganda putri pada Asian Games 1970 lewat pasangan Machiko Aizawa/Etsuko Takenaka.

“Perjuangan kami belum selesai, masih ada tugas di babak final. Tentunya kami tak mau kalah lagi dari Ayaka/Misaki, pertandingan beregu kemarin menjadi pelajaran buat kami. Soal stamina tidak ada masalah,” tutur Greysia.