Liputan6.com, Sleman - Insiden penyerangan yang dialami suporter PSCS Cilacap beberapa waktu lalu menyita perhatian banyak pihak termasuk Slemania. Kelompok suporter PSS Sleman itu mengecam aksi anarkis yang dilakukan para pelaku penyerangan.
"Tidak ada gunanya kekerasan. Kita hanya dukung tim 90 menit bertanding tapi usai itu ya kita berteman dan bersaudara lagi," kata Lilik Yulianto Plt, ketua Slemania, Rabu (15/10/2014).
Kejadian bermula saat rombongan suporter PSCS memasuki wilayah Sleman, Minggu (12/10/2014) lalu. Tanpa disangka mereka dilempari batu dan bus yang ditumpangi dipaksa untuk berhenti.
Keadaan sempat rusuh, sampai menimbulkan korban jiwa. Menurut pemeriksaan polisi, pelaku merupakan oknum dari suporter PSS Sleman yang menamai dirinya Brigata Curva Sud (BCS).
"Merasa terjebak dan empati terkait kejadian itu. Anggota kami tidak ada yang terlibat dalam kegiatan itu. Peristiwa itu jadi pembelajaran. Kita dukung tim tidak hanya di kandang sendiri. Kejadian ini sama saja membuat jalan buntu sendiri. Ini pelajaran bagi suporter di Yogyakarta," ucap Lilik.
Akibat kejadian tersebut, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan hukuman untuk PSS. Mereka harus menjalani pertandingan tanpa penonton dan laga tersebut digelar dengan jarak minimal 100 km dari kawasan Sleman.
Menanggapi itu, M Sanusi selaku Sekretaris Umum Slemania berharap kejadian ini dapat dijadikan pelajaran. Namun ia agak kecewa PSSI menjatuhkan hukuman untuk tim kesayangannya.
"Harapannya PSSI tidak tebang pilih dalam kejadian itu. Kita tidak bisa menerima sanksi yang diberikan oleh PSS. Kami mengajak kepada PT. PSS beserta jajaran manajemen dan unsur PSS lainnya meliputi panpel, Suporter (Slemania dan Brigata Curva Sud) melakukan konsolidasi internal," ucapnya.
Slemania Kecam Serangan Pada Suporter PSCS Cilacap
Akibat insiden penyerangan, PSS menerima hukuman dari Komdis PSSI.
Advertisement