Liputan6.com, Jakarta - Olala, opa Blatter kembali mengambil langkah kontroversial. Presiden FIFA bernama lengkap Joseph S. Blatter itu pada Selasa (21/10/2014) di Prancis menegaskan bahwa Piala Dunia 2022 di Qatar tidak bisa digelar di musim panas, alias pada kurun Juni-Juli, seperti biasanya.Â
Berita lansiran France Info memuat pernyataan pria asal Swiss yang berumur 78 tahun itu bahwa Qatar 2022 akan digeser ke Desember. Ide awal bahwa kalender FIFA empat tahunan tersebut akan digelar di Februari langsung diprotes International Olympic Comitte yang akan menggelar olimpiade musim dingin di bulan yang sama.Â
Baca Juga
"Menggeser Piala Dunia 2022 ke November atau Desember adalah solusi terbaik yang bisa saya tawarkan untuk saat ini. Tapi, semua akan ditentukan komite eksekutif FIFA pada waktunya nanti," katanya lagi.
Advertisement
Sebenarnya seberapa panas tanah Qatar di Juni-Juli 2022?
Rataan suhu di tengah hari pada bulan itu di sana ternyata berada di kisaran 38 hingga 41 derajat celcius! Isu yang sempat mengemuka soal temperatur tinggi ini sempat dipatahkan FIFA dan petinggi asosiasi sepak bola Qatar dengan menjanjikan setidaknya lima dari tujuh stadion penyelenggara PD 2022 akan tertutup dan dilengkapi AC.
Pengatur suhu buatan dulu dijanjikan akan membuat temperatur di dalam stadion berkisar di 20 derajat celcius. Namun, sejalan dengan muncul isu mengenai minimnya ketersediaan energi untuk keperluan pendinginan ini akhirnya Qatar mengubah strategi setelah mereka terpilih sebagai tuan rumah.
Usul penggeseran jam kick-off ke sore hari juga tidak ideal untuk penyiaran langsung pertandingan ke wilayah Eropa, sehingga wacana ini tenggelam dengan sendirinya. Itulah juga sebabnya Blatter kemudian mengapungkan usul guna menggeser perhelatan akbar sepak bola ini ke musim dingin.
Akan tetapi, ide Blatter ini ditanggapi dingin karena kalender kompetisi domestik di seluruh dunia akan terpengaruh secara langsung.
Logikanya, para pemain top di liga-liga domestik Eropa yang baru selesai menjalani liburan musim panas jelas akan kembali tercuri waktunya dari klub-klub tajir  penggaji mereka lantaran para punggawa di lapangan hijau itu sekurangnya harus selama sebulan lagi mangkir dari klub demi tampil di PD 2012.
Ya, tidak semua pemain bayaran memang diliburkan klub setiap musim dingin tiba. Klub-klub Premier League, misalnya, justru terus menggenjot tenaga pemainnya di kompetisi domestik pada Desember-Januari lantaran kejuaraan di Inggris tidak mengenal winter break sebagai bentuk masa istirahat pemain di pertengahan musim kompetisi.
Keputuan Blatter itu juga akan mempengaruhi kalender sepak bola antarklub di Asia dan Afrika yang justru mencapai babak penentuan di setiap akhir tahun. Ketika ada gangguan dalam kegiatan musiman di level klub, imbasnya durasi musim kompetisi di periode 2022/23 itu harus dipangkas agar tidak mempengaruhi jadwal liga pada season berikutnya.
Uniknya, Blatter bergeming dengan menyebut bahwa kompetisi antarnegara harus diprioritaskan karena kompetisi antarklub lahir dengan tujuan awal untuk menggembleng pemain yang diproyeksikan akan tampil di timnas. Nah! Â
Baca juga:
Pukul Pemain Arema, Ruben Sanadi Mengaku Diprovokasi
Reaksi Pemain Persipura Setelah Jacksen Mundur Sebagai Pelatih
Demi El Clasico, Barcelona Simpan Pemain Inti
Â