Liputan6.com, Jakarta Komisi Disiplin PSSI melarang Kota Solo, Jawa Tengah, menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola. Ini setelah terjadi kerusuhan suporter saat pertandingan Persis Solo melawan Martapura FC di Stadion Manahan, Solo, Rabu 22 Oktober 2014.
Seperti diketahui, akibat kerusuhan tersebut salah satu suporter Persis meninggal. Kasus ini merupakan yang kedua dalam beberapa pekan terakhir. Sebelumnya, suporter PSCS Cilacap juga meninggal setelah terjadi kerusuhan dengan suporter PSS Sleman.
"Atas laporan dari PT Liga Indonesia serta menaruh simpati atas meninggalnya suporter, Komdis memutuskan Solo dilarang menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola terhitung hari ini hingga enam bulan ke depan," kata Ketua Komdis Hinca Panjaitan, Kamis (23/10/2014).
Dengan ada larangan ini, kata Hinca, diharapkan suporter Persis bisa instropeksi diri dan segera mengembalikan jati diri sepak bola yaitu persaudaraan bukan perselisihan yang akhirnya bisa mengakibatkan korban jiwa.
"Kita akan terus lihat perkembangannya. Yang jelas tidak hanya untuk Persis saja. Pertandingan yang digelar oleh PSSI tidak boleh dilakukan di Solo hingga enam bulan kedepan," kata Hinca.
"Kami juga meminta pihak kepolisian untuk bertindak tegas jika suporter melakukan tidakan melawan hukum," kata politisi Partai Demokrat itu.
Kerusuhan di Solo terjadi saat tuan rumah Persis ditahan imbang 1-1 oleh Martapura FC. Hasil ini membuat tim kebanggaan warga Solo ini gagal melangkah ke semifinal Divisi Utama. Selain itu kepemimpinan wasit juga dinilai jadi pemicu terjadinya kerusuhan.
Tidakan kurang terpuji itu tidak hanya terjadi di dalam stadion. Di luar stadion, suporter yang kecewa juga melampiaskan kekecewaannya dengan merusak kendaraan yang ditumpangi pemain Martapura FC serta beberapa kendaraan milik aparat keamanan.
Komdis Larang Solo Jadi Tuan Rumah Pertandingan Sepak Bola
PT Liga Indonesia menaruh simpati atas meninggalnya suporter Persis Solo dalam kerusuhan di Stadion Manahan.
Advertisement