Sukses

Kisah 3 Pemain yang Tewas Diterjang Timah Panas

Kasus penembakan pemain di Afrika Selatan bukan yang pertama. Ada tiga kejadian serupa yang sebelumnya menimpa pesepakbola.

Liputan6.com, Penembakan pemain sepakbola kembali mengguncang dunia. Kasus terakhir terjadi di Afrika Selatan. Kapten Timnas Afsel, Senzo Meyiwa merengang nyawa setelah diberondong orang tidak dikenal didekat rumahnya di Vosloorus, Johannseburg pekan lalu.

Kepergian Meyiwa dengan tragis meninggalkan duka bagi sepakbola Afsel. Tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga Orlando Pirates, tempat klub pemain 27 tahun itu bermain. Perampokan menjadi motif sementara yang bisa disimpulkan oleh Kepolisian setempat. Pasalnya, dari Tempat Kejadian Perkara (TKP), Polisi menemukan ada beberapa barang milik Meyiwa yang raib dari rumah.

Kilas balik ke belakang, ini bukan kasus pertama pemain tewas ditembus timah panas. Berikut 3 kasus penambakan pemain sebagaimana dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

2 dari 4 halaman

Cekcok berujung letusan mesiu

Pemain sepakbola dari Venezuela, Jhonny Perezo tidak memiliki klub setelah kontraknya tidak lagi diperpanjang oleh klub Zulia. Dia ditemukan tewas di depan sebuah bar di kota Langunillas, Venezuela pada Mei 2014 atau 5 bulan sebelum insiden di Afrika Selatan. 

Bersama dengan satu temannya, Alberto Tey, Perezo ditemukan tewas setelah ditembak pria yang bertengkar degan keduanya. Keterangan itu dikelurkan Polisi setempat.

3 dari 4 halaman

Diberondong ketika hendak latihan

Pemain Irak, Ahmed Shallal yang bermain untuk klub liga utama Irak, Ath Thawra pergi untuk selamanya setelah peluru bersarang di tubuhnya. Dia ditembak orang tidak dikenal ketika menunggu taksi ketika hendak memulai rutinitas berlatih bersama klub. Pelaku menembak korban dari dalam mobil. 

"Seorang pemain liga top Irak tewas ditembak oleh pelaku tidak dikenal pada hari ketika ia sedang menunggu taksi yang akan mengantarnya ke klub,” tulis pemberitaan di Hindustani Times beberapa waktu lalu.

Petinggi klub, Said Nuri Mohammed, Direktur Ath-Thawra mengaku kehilangan atas kematian salah satu pemain terbaiknya itu. "Kami tidak tahu motif dia dibunuh. Entah ini aksi terorisme atau alasan lain. Yang pasti, kami kehilangan seorang pemain andalan,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Bayar mahal gol bunuh diri

Dari kasus empat pemain yang tewas ditembak, pemain Kolombia, Andres Escobar bernasib paling tragis. Betapa tidak, dia harus membayar mahal gol bunuh diri ke gawang Amerika Serikat di babak penyisihan grup Piala Dunia 1994 dengan nyawanya. Di pertandingan kedua melawan tuan rumah AS, Escobar melakukan gol bunuh diri.

Kolombia pulang lebih awal dari Piala Dunia 20 tahun lalu setelah menelan dua kali kekalahan di babak penyisihan grup. Publik Kolombia pun kecewa berat dengan kegagalan tersebut, terutama para petaruh.

Setibanya di Kolombia, para pemain sebenarnya telah diingatkan agar tidak keluar rumah dan bepergian sendirian untuk menghindari kejadian tidak diinginkan.

Namun, Escobar menganggap peringatan itu hanya angin lalu. Pada suatu malam, tepatnya 2 Juli 1994, Escobar keluar rumah untuk menemui temannya. Nahas, ketika berjalan hendak pulang, dia di hadang dua orang bersenjata di kota Medellin. Tanpa ampun, mereka menembak Escobar dari jarak dekat sebanyak 12 kali.

"Terima kasih atas gol bunuh diri Anda," kata pelaku sebelum menarik pelatuk. Setiap melepaskan tembakan, pelaku berteriak "gol" sebanyak 12 kali. 

Pelaku diduga depresi karena kalah taruhan dalam jumlah besar menyusul gol bunuh diri Escobar di pertandingan lawan AS.