Liputan6.com, London - Pada akhir Oktober 2014 FIFA melalui Presiden Sepp Blatter kembali mengapungkan ide untuk menggeser gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar pada musim dingin, tepatnya di November-Desember.
Wacana ini timbul menyusul rontoknya rencana untuk memaksakan laga digelar Qatar seluruhnya di stadion tertutup dengan bantuan udara AC, yang membutuhkan energi sangat besar.Â
Baca Juga
Usul Blatter ditanggapi positif 22 anggota komite eksekutif FIFA dalam rapat di Zurich minggu lalu, tapi terus mendapatkan tentangan dari Inggris, alias dari administrator Premier League.
Advertisement
Bos Premier League, Richard Scudamore, yang dikenal sangat akrab dengan keluarga kerajaan Inggris, bertahan dengan buah pikir yang diusung European Professional Football League (EPFL). Mereka berharap isu panasnya cuaca di Qatar diakali dengan memajukan PD 2022 sebulan saja ke Mei.Â
Pertimbangan EPFL adalah lantaran bila FIFA tetap memaksakan piala dunia dihelat di Qatar maka seluruh kalender kompetisi liga profesional di berbagai belahan dunia akan terpengaruh hingga sekurangnya tiga musim berikutnya.
"Saya sudah mendapatkan kepastian lisan bahwa rekan-rekan saya pengelola di Spanyol dan Jerman juga menyuarakan sikap yang sama. Lagi pula sejak awal Qatar mendapatkan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 karena mereka sanggup menggelarnya di musim panas seperti biasa," ujar Scudamore kepada Guardian.
Tapi, ternyata FIFA punya alasan non-cuaca juga soal ini. Apakah itu?
Kenapa FIFA Ngotot?
Pejabat urusan kesehatan di FIFA, Profesor Jiri Dvorak, menyebut bahwa temperatur harian yang tinggi (45 hingga 50 derajat celcius) dan kelembaban yang tidak bersahabat pada kurun Juni-Agustus akan membuat pemain dan penonton dari luar Qatar mengalami gangguan kesehatan.
"Cuaca pada Mei dan September juga kurang bagus karena ada dalam masa transisi. Dari sudut pandangan ilmu kesehatan, periode-periode itu tidak cocok bagi penyelenggaraan piala dunia," kata Dvorak.
Well, perdebatan bahwa kondisi cuaca pada Mei 2022 di Qatar mirip dengan cuaca di Piala Dunia 2010 di Brasil, yang baik-baik saja, juga tidak kunjung tuntas. Pasalnya, usulan EPFL akan bersinggungan dengan bulan Ramadhan yang dimulai pada 2 April 2022.
Meski masih berjarak delapan tahun ke depan, PD 2022 memang harus diperhitungkan masak-masak penyelenggaraannya karena liga-liga domestik Eropa rata-rata digelar mulai pada Agustus 2022 hingga Mei 2023, sehingga sulit untuk kepentingan klub dan tim nasional di sini untuk mendapatkan titik temu.Â
Para pengamat menduga FIFA akan mengeluarkan kompensasi finansial yang besar bagi para administrator liga-liga domestik dunia bila akhirnya PD 2022 tetap digelar di November-Desember. Alamak, ujung-ujungnya kembali soal duit.Â
Baca juga:
Alasan Rodgers Cadangkan Gerrard Melawan Madrid
Indra Sjafri Dipecat, Terima Kasih Indra!
Legenda MU Menilai Van Persie Mengecewakan
Â
Advertisement