Liputan6.com, Jakarta Demi meningkatkan kualitas para pebulutangkis, Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) akan menerapkan program Enam Parameter Fisik Nasional Kelompok Usia U-17 dan U-19. Parameter ini merupakan standar baku yang nantinya akan digunakan sebagai kriteria seorang atlet untuk masuk Pelatnas Cipayung. Standar nasional ini diharapkan menjadi acuan untuk pembinaan di klub sehingga tercipta keseragaman standard fisik ideal seorang atlet bulutangkis.
Seperti dijelaskan Kepala Bidang Pengembangan Basri Yusuf, parameter fisik dapat diukur dari enam jenis test yaitu VO2 Max yang mengukur ketahanan (endurance), Court Agility yang mengukur kecepatan, Vertical Jump yang mengukur kekuatan, Skipping Rope yang mengukur koordinasi gerakan kaki dan tangan, Sit Up yang mengukur core stability serta test Push Up untuk mengukur kekuatan.
Meskipun keenam parameter ini sangatlah penting untuk menunjang prestasi seorang pebulutangkis, namu tiap test memiliki bobot yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan karakter permainan di bulutangkis. VO2Max memiliki bobot terbesar yaitu 40 persen, ini menunjukkan bahwa ketahanan punya peran penting bagi seorang pebulutangkis. Disusul dengan court agility sebesar 15 persen, skipping rope 15 persen, vertical jump 10 persen, sit up dan push up masing-masing 10 persen.
“PP PBSI telah membuat satu sistem dan struktur di dalam pelatnas dan luar pelatnas (klub). Selama ini kriteria masuk pelatnas kan masih belum ada standarnya, sekarang kita sudah punya satu patokan,” kata Basri Yusuf, Kepala Bidang Pengembangan PP PBSI.
"Dengan adanya parameter fisik ini, artinya program PP PBSI sudah lebih ter-planning dan sudah ada sistem serta metode baku. Kami juga berkaca dari kemajuan negara-negara lain yang sudah lebih dulu menerapkan hal ini. Jadi bukan cuma soal latihan, tapi kami mulai memanfaatkan teknologi berupa sport science yang terintegrasi," tambah Basri.
Enam parameter ini akan diterapkan di ajang Junior Master 2014 yang merupakan salah satu wadah pencarian bibit-bibit muda berbakat yang rutin diselenggarakan PBSI setiap akhir tahun. Junior Master merupakan kejuaraan invitasi yang bertujuan mengobservasi atlet-atlet muda dengan kelompok usia U-17 dan U-19 dengan bobot penilaian kemampuan teknik sebesar 50 persen, 30 persen hasil test fisik, serta penilaian panelis sebesar 20 persen.
“Kalau melihat hasil test fisik pada Junior Masters 2013, ada pemain yang kuat di VO2Max saja, padahal semua kriteria lain juga penting buat seorang pebulutangkis. Kami berharap dengan adanya parameter ini, semua bisa dipenuhi atlet walaupun fisik hanya memiliki bobot 30 persen, lebih kecil dari teknik yang 50 persen,” kata Achmad Budiharto, Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI.
Baca Juga
Baca Juga:
Advertisement
Kapten Atletico Enggan Remehkan Malmo