Sukses

Live dari Hanoi: Pelatih Filipina: Jangan Asal Naturalisasi!

Dooley merupakan mantan asisten pelatih timnas AS, Juergen Klinsmann pada 2011

Liputan6.com, Hanoi - Filipina menjelma menjadi salah satu kekuatan di Piala AFF 2014. Secara mengejutkan The Azkals  mampu mengalahkan Indonesia di partai kedua babak kedua penyisihan babak penyisihan grup Piala AFF 2014 sekaligus menjadi tim pertama dari grup A yang berhasil lolos ke babak semifinal.  Tak pelak sang pelatih, Thomas Dooley kini menjadi sorotan.

Pasalnya, pelatih asal Amerika itu mampu membawa tim tampil impresif sehingga bersinar di turnamen antarnegara Asia Tenggara. Liputan6.com mendapatkan kesempatan melakukan wawancara secara khusus dengan mantan asisten pelatih timnas AS, Juergen Klinsmann pada 2011 itu di Lobby Hotel Crown Plaza, Hanoi, Rabu (26/11/2014).

Sukses Filipina di AFF 2014 ini disebut karena kesuksesan program naturalisasi pemain. Dooley pun tidak menampik bila pemain naturalisasi memiliki pengaruh besar bagi sukses Filipina.

Bagaimana kiat Dooley untuk bisa mendapatkan pemain keturunan yang berkualitas, berikut kutipan wawancara Liputan6.com dengan Dooley di lobby Hotel Crown Plaza, Hanoi.

Berapa lama Anda mempersiapkan tim untuk mengikuti turnamen?

Kami hanya memiliki waktu selama dua bulan untuk mempersiapkan tim.  Dan kami hanya punya waktu sebulan untuk berlatih bersama. Bahkan, beberapa hari sebelum turnamen pemain kami sempat pulang dulu ke rumah masing-masing.

Bagaimana pandangan Anda terhadap naturalisasi pemain seperti di timnas Filipina?

Kondisi ini hampir sama dengan saya. Saya memiliki Ayah yang berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Ibu dari Jerman. Saya bermain untuk AS negara asal Ayah. Namun saya bermain di Jerman bersama Schalke dan Kaiserlautern.

Buat saya, program naturalisasi pemain ini sangat bagus karena mencerminkan sepakbola yang universal. Anda bebas memilih negara mana yang Anda perkuat. Tidak peduli darimana asal-usul Ayah dan Ibu Anda. Tidak ada intervensi.

Namun tetap semua kembali pada kualitas pemain. Jika Anda bagus, maka Anda bisa bergabung dengan kami. Jika tidak, tentu tidak akan kami ambil. 

Bagi saya tidak ada perbedaan apakah itu pemain lokal atau keturunan. Mereka semua sama, kualitas yang utama untuk bisa bermain di dalam skuat timnas.

Bagaimana Anda memantau dan menseleksi pemain tersebut hingga masuk ke timnas?

Sebelumnya, saya mencari tahu lebih dulu apakah pemain tersebut memiliki keturunan Filipina atau tidak. Kemudian saya mengikuti kompetisi yang mereka ikuti dari awal. Saya intensif memantau kompetisi yang mereka ikuti. Mulai dari media di internet kemudian saya melihat langsung permainan mereka.

Tapi intinya saya hanya mencari pemain yang sesuai dengan kriteria. Memahami teknik dasar cara menendang bola, dan bisa ditempatkan sesuai dengan strategi yang ingin saya terapkan, apakah itu pola 4-2-2 atau lainnya. Bukan pemain yang bisa asal bermain.

Harus tetap ada seleksi khusus untuk pemain naturalisasi. Saya melihat kebanyakan negara langsung melakukan naturalisasi ketika pemain itu bermain di luar negeri. Padahal seharusnya tidak begitu. Tidak berarti pemain di luar negeri itu bagus.

Pelatih Indonesia (Alfred Riedl) beralasan padatnya jadwal kompetisi ikut memengaruhi performa timnya di Piala AFF ini, bagaimana pendapat Anda?

Jujur, saya tidak tahu kompetisi di Indonesia. Namun jelas kompetisi di Indonesia jauh lebih profesional dibanding di Filipina. Di Filipina kompetisi masih amatir karena hanya diikuti 10 klub. Jadi saya paham, padatnya kompetisi di negara Anda (Indonesia) berimbas pada pemain.

Terlebih, saya dengar kompetisi menjadi panjang karena ada dua kali pemilu serta Ramadan. Tentu berat bagi pemain langsung menjalani kompetisi dan langsung bermain di AFF tanpa berlibur.

(Sebelum menjawab pertanyaan ini, Liputan6.com lebih dulu memberikan gambaran tentang kompetisi ISL di Indonesia)

Lantas bagaimana dengan kompetisi di Filipina, ada rencana ke depan?

Ya, tentu saja. Di Filipina hanya tujuh klub besar hanya terpusat di Manila dan mereka semua tergabung di Divisi Utama (UFL) atau  Divisi 1 pada 2015. Itu sebabnya kami juga masih memakai pemain keturunan untuk bermain di Filipina. Sekarang, saya sedang memikirkan bagaimana kompetisi tersebar di seluruh pulau di Filipina.

 

Video Terkini