Liputan6.com, Hanoi - Pelatih asal Austria, Alfred Riedl telah mengirim isyarat bakal meninggalkan kursi pelatih Indonesia. Tersingkir di babak penyisihan grup Piala AFF 2014 membuat Riedl pergi untuk kedua kali dari Indonesia.
Riedl sempat dielu-elukan masyarakat Indonesia empat tahun lalu ketika mengantarkan Tim Merah Putih menembus babak final Piala AFF 2010. Sempat meninggalkan Indonesia karena kisruh ditubuh federasi, Riedl kembali membesut Garuda.
Namun situasi itu kini kontras dibanding 2010 lalu. Riedl menjadi pelatih disorot publik sepakbola Indonesia karena gagal mencapai target membawa tim juara. Untuk kedua kali secara beruntun, Indonesia harus tersisih dari fase penyisihan grup A Piala AFF 2014.
Advertisement
Mantan pelatih Timnas Vietnam itu menyebut kompetisi menjadi biang keladi kegagalan Indonesia di perhelatan AFF 2014 ini. Riedl mengaku pemain telah kehabisan tenaga bermain di timnas setelah satu musim bermain di kompetisi. Kekalahan besar 0-4 dari Filipina menjadi titik terendah Firman Utina dan kawan-kawan di turnamen antarnegara Asia Tenggara dua tahunan itu.
Kendati memetik kemenangan besar 5-1 atas Laos di pertandingan terakhir, Indonesia tetap tersingkir karena di waktu bersamaan tuan rumah Vietnam mampu mengalahkan Filipina 3-0 di babak penyisihan grup Piala AFF 2014 yang di Vietnam.
Setelah Indonesia tersingkir lebih dulu di babak penyisihan grup, pelatih yang pernah menjalani transplantasi ginjal itu pasang badan.Â
Setelah meninggalkan Indonesia, apa yang semestinya dilakukan Indonesia agar berprestasi. Berikut kompilasi kutipan wawancara Alfred Riedl di Hanoi.
Klik selanjutnya>>
Kompetisi menentukan prestasi Timnas
1. Setelah tersingkir di Piala AFF 2014 apa yang Anda lakukan?
Saya akan meninggalkan Indonesia tugas saya sudah selesai di sini. Jadi ada kesepakatan antara saya dengan Wakil Ketua Umum PSSI, La Nyalla, kontrak saya akan diperpanjang 1 tahun lagi dengan syarat berhasil mengantarkan tim menjuarai Piala AFF 2014.
2. Apa penyebab utama kegagalan Indonesia di Piala AFF 2014 ini?
Pengembangan sepakbola Indonesia. Anda harus mencoba membuat liga yang lebih baik lagi, dan memiliki kompetisi sejak usia dini. Tidak masalah harus menunggu lima, tujuh, delapan atau sepuluh tahun. Memang ada timnas Indonesia U-19 yang punya talenta bagus tapi seharusnya Anda tidak hanya memiliki usia pemain dari dua kelompok U-16 dan U-20. Harus lebih dua kelompok itu. Stok pemain harus lebih dari itu. Jadi, Anda memiliki persiapan untuk masa depan.
Arema agendanya padat, begitu juga dengan Persipura Jayapura. Setelah itu ada Asian Games. Ini masalah kami sebenarnya, sehingga persiapan kami minim. Bila sudah kedodoran dalam duel, Anda akan selalu menjadi nomor dua
3. Jika sebelumnya Anda sudah tahu kelemahan tim adalah fisik setelah mengikuti kompetisi, kenapa Anda tetap memanggil pemain itu?
Sebelumnya, sudah saya katakan hanya pemain berkualitas yang menghuni tim. Tidak peduli berapa usia mereka, tua ataupun muda. Pemain ini (yang saya bawa ke Piala AFF 2014) berpengalaman dan sesuai kebutuhan untuk menjalankan strategi yang ingin kami mainkan.
Seperti penyerang, mereka memiliki kelebihan masing-masing. Boaz Solossa, Zulham Zamrun, Sergio van Dijk dan Cristian Gonzales dan Samsul Arif. Boaz dan Zulham bisa ditempatkan diposisi sayap. Sedangkan, Sergio Van Dijk dan Cristian Gonzales pemain berpengalaman.
4. Selain gagal mengantarkan Indonesia mencapai target, apa kekecewaan Anda lainnya menyusul hasil buruk Indonesia di Piala AFF tahun ini?
Ya, untuk pertama kali saya gagal mengantarkan tim menembus semifinal dalam 10 kali selama saya melatih timnas berbagai negara di level Asia Tenggara seperti SEA Games dan Piala AFF.
5. Mengenai kompetisi di Indonesia, apa harapan Anda?
Saya berharap ada perbaikan di liga Indonesia. Buat pemain tidak ada lagi yang bertingkah tidak terpuji. Saya sering melihat pertandingan di liga ada pemain yang sering marah dan melakukan tindakan brutal. Baik dilakukan terhadap wasit dan pemain lain. Ke depan, untuk memperbaiki liga pemain harus berpikir jernih. Dibutuhkan juga perbaikan dari wasit, pelatih dan peran penting dari pemilik klub.
Saya tidak menyalahkan Federasi, mereka sudah melakukan hal terbaik. Mereka sudah memberikan kami kesempatan. Tapi sebenarnya kami bukan satu kesatuan tim yang utuh. Saya berharap, kegagalan ini mengubah liga Indonesia bisa menjadi lebih baik.
Saya tidak bisa mengkritik pemain, karena mereka telah memberikan kemampuan terbaik. Jika ingin mengritik, saya saja, jangan pemain karena saya yang bertanggung jawab di tim ini.
6. Menurut Anda, siapa pelatih yang pantas menggantikan posisi Anda sebagai pelatih timnas?
Menurut saya, Wolfgang Pikal dan Widodo Cahyono Putro. Selain masih muda, mereka berdua paham sepakbola di Indonesia. Mereka cocok untuk melatih Indonesia. Tapi biarkan federasi yang menentukan siapa pengganti saya.
7. Setelah Piala AFF, apa yang ingin Anda lakukan?
Saya ingin beristirahat di rumah. Saya tidak akan mencari pekerjaan atau menawarkan diri melatih tim lain.
8. Artinya, Anda pensiun?
Tidak, saya tidak bilang begitu. Saya hanya ingin beristirahat. Jika ada tawaran untuk kembali melatih dari tim Asia Tenggara, tentu akan saya pertimbangkan, tetapi tidak sekarang. Enam bulan ke depan, saya ingin di rumah.
9. Anda tertarik melatih klub di Indonesia?
Tidak sama sekali. Alasannya sederhana, manajer klub di Indonesia memiliki kuasa di atas pelatih. Posisi pelatih di bawah kontrol manajer. Sehingga pelatih tidak leluasa menentukan kebijakan. Contohnya kebijakan transfer pemain. Berbeda dengan di Eropa, pelatih bebas menentukan pemain karena merangkap sebagai manajer. Saya kira, dalam hal ini ada sesuatu yang salah di Indonesia.
Advertisement