Sukses

Djanur, Pelatih Kebapakan "Dalang" Sukses Persib

Djadjang Nurdjaman pintar menumbuhkan motivasi dan kepercayaan diri anak asuhnya.

Liputan6.com, Jakarta: Ambisi Persib Bandung meraih prestasi tertinggi di kompetisi sepak bola Tanah Air akhirnya terwujud. Setelah 19 tahun puasa gelar, tim berjuluk "Maung Bandung" ini, akhirnya berhasil meraih gelar juara Indonesia Super League (ISL) 2014.

Di partai puncak, Persib mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 5-3 melalui adu penalti setelah bermain imbang 2-2. Gol penentu Ahmad Jufriyanto yang bertindak sebagai eksekutor terakhir disambut gegap gempita pendukung Persib yang memenuhi Stadion Gelora Jakabaring, Palembang, Jumat 7 November 2014 lalu.

Penantian panjang itu akhirnya terbayar lunas. Betapa tidak, terakhir kali Persib menjadi juara pada Liga Indonesia I musim 1994-95.

Emosi seluruh pemain, dan ofisial seketika meledak. Tangisan para pemain pun pecah. Gelora Jakabaring tempat laga berlangsung seakan ingin runtuh menyambut kemenangan Persib.

Begitu juga dengan sosok yang selama ini menjadi "otak" permainan tim Pangeran Biru. Sang pelatih, Djadjang Nurdjaman, merayakan gelar juara dengan haru biru.

Pria yang akrab disapa Djanur itu merasa sangat emosional dengan kemenangan timnya.  "Kemenangan ini kami persembahkan untuk warga Jawa Barat," kata Djanur.

Dan, Persib boleh dibilang sangat beruntung memiliki pelatih seperti Djanur. Bukan hanya pandai dalam meracik strategi dan komposisi pemain, pria kelahiran Bandung, Jabar, 30 Oktober 1964 ini, pintar juga dalam menumbuhkan motivasi dan kepercayaan diri anak asuhnya.

Lantas, prestasi apa lagi yang diraih legendaris sepakbola Indonesia yang terkenal pada era 1990-an ini. Apa rahasia sukses pelatih yang terlihat sangat rendah hati, dan bersahaja ini?

2 dari 7 halaman

Catatan Unik

Keberhasilan Persib menjuarai ISL menambah panjang sumbangsih Djanur untuk tim kebanggaan masyarakat Bandung ini. Dia mampu memberikan gelar juara kepada Persib sebagai pemain, asisten pelatih dan yang terbaru sebagai pelatih.

Saat masih aktif bermain, Djanur merupakan andalan Persib di era 80 dan 90-an. Dia mempersembakan tiga gelar juara kompetisi Perserikatan selama 10 tahun mengabdi bersama Persib (1986, 1989/1990, dan 1993/1994).

Setelah kariernya sebagai pesepakbola selesai, Djanur menekuni dunia kepelatihan. Di musim 1994/1995, Pria 50 tahun itu menjadi asisten pelatih Indra Thohir dan mampu membawa Persib juara edisi pertama Liga Indonesia.

“Saya jelas punya mimpi membawa Persib Bandung juara musim ini. Saya pernah juara bersama Persib sebagai pemain dan asisten pelatih, semoga musim ini dilengkapi juara sebagai pelatih kepala,” kata Djanur sebelum kompetisi ISL 2014 dimulai.

Kini Djanur melengkapinya dengan membawa Persib juara sebagai pelatih. Djanur mulai melatih Persib pada musim 2012. Dia ditunjuk menggantikan Robby Darwis.

3 dari 7 halaman

Pahlawan Kemenangan

Djanur pernah merasakan momen paling berkesan dan takkan pernah dilupakannya ketika menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986. Di laga final menghadapi Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung Karno), Djanur merupakan pahlawan kemenangan lewat gol tunggal yang dicetaknya pada menit 77.

Usai pertandingan, Djanur dielu-elukan puluhan ribu bobotoh. "Itulah momen yang takkan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya," katanya.

4 dari 7 halaman

Gelar Kehormatan

Jika ada pihak yang mengusulkan Djanur pantas dianugerahi gelar kehormatan adat Sunda atau Jawa Barat, rasanya cukup wajar. Meski lahir di masa perserikatan yang kental fanatisme kedaerahan, namun Djanur tergolong pemain dengan visi luas jika bicara soal karier. Dia kerap merantau ke luar Bandung dengan membela klub-klub non-Jabar.

Saat meniti kariernya, Djanur sempat memutuskan untuk meninggalkan Persib dan beralih menjadi pemain profesional yang tampil di Kompetisi Galatama. Tim yang dibelanya di Galatama adalah Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan (1982-1985).

 

5 dari 7 halaman

Kembali ke Persib

Djanur sempat menjadi mantan asisten Rahmad Darmawan di Pelita Jaya Karawang di musim kompetisi 2011/2012. Sebelumnya, dia pernah membawa Pelita Jaya U-21 menjadi juara musim 2008/2009.

Ada momentum yang mungkin tak banyak diketahui orang ketika Djanur memimpin Pelita Jaya U-21 mengalahkan Persita Tangerang U-21 dalam final ISL U-21 di Stadion si Jalak Harupat, Rabu 20 Mei 2009.

Usai mengikuti konferensi pers, Manajer Persib Umuh Muchtar menemui Djanur dan sempat berkelakar kelak dia akan kembali ke Persib sebagai pelatih dan membawa jadi tim juara. 


Entah kebetulan atau tidak, yang pasti pada 2012, Umuh akhirnya mengajak Djanur kembali ke Persib, dan dua tahun berselang, Persib menjadi juara ISL 2014.

6 dari 7 halaman

Pelatih Kebapakan

Djanur termasuk sosok yang pelatih yang menonjolkan sifat "kebapakan".  Itu tampak jelas ketika dia menangani skuat Persib U-23 pada 2006.

Djanur tak sungkan membuka pintu rumahnya kepada anak didiknya yang berniat menginap atau sekadar bercerita panjang lebar soal sepak bola dan di luar itu.

Beberapa anak didiknya kala itu, kerap ditampung Djanur dirumahnya seperti Endi Heryanto (eks kiper Semen Padang), Wildansyah, Ferdinand Sinaga dan lainnya.

Metode pendekatan bapak-anak inilah yang dinilai sebagai kunci sukses atau kelebihan Djanur dalam membangun suasana harmonis di dalam tim.

7 dari 7 halaman

Ayah Baik dan Bertanggung Jawab

Djanur adalah figur seorang suami dan seorang ayah yang baik serta bertanggung jawab. “Beliau itu seorang suami dan sosok ayah yang baik dalam keluarga. Kita semua pada deket,” kata istrinya Miranda Panggabean.



Miranda sendiri bisa dikatakan selalu jadi pendukung nomor satu Djanur. Konon setiap muncul berita yang memuat kritikan kepada Djanur atau ada pihak yang mencibir taktik ataupun strategi yang diterapkan, Miranda selalu "sewot".

Video Terkini