Liputan6.com, Liverpool - Liverpool sedang berada di titik nadir. Sebabnya adalah kegagalan Steven Gerrard dan kawan-kawan lolos ke babak 16 besar Liga Champions musim lalu. Butuh kemenangan di laga pamungkas Grup B, tim kota pelabuhan justru hanya bermain imbang 1-1 dengan FC Basel.
Tersingkir dari Liga Champions membuat derita Liverpool kian lengkap musim ini. Maklum, performa “The Reds” di Liga Primer juga mengecewakan. Hingga pekan ke-15, Steven Gerrard dan kawan-kawan masih berada di peringkat kesembilan klasemen. Padahal, musim lalu Liverpool mengakhiri musim di posisi runner-up. Apalagi di laga terakhir, The Reds kalah telak dari musuh bebuyutannya, Manchester United, 0-3.
Baca Juga
Kegagalan demi kegagalan ini otomatis bikin posisi sang pelatih Brendan Rodgers kian terjepit. Pelatih asal Irlandia Utara itu pun dihujani kritik gara-gara menurunnya performa Liverpool sepeninggal Luis Suarez yang hijrah ke Barcelona, awal musim ini.
Advertisement
Apa saja penyebab kegagalan Liverpool musim ini ? Berikut lima kesalahan besar Rodgers sejak awal musim ini :
Pembelian Gagal
Liverpool menghabiskan 120 juta poundsterling atau sekitar Rp 2, 3 triliun hanya untuk belanja pemain baru. Rodgers membeli Adam Lallana dari Southampton dengan harga 26 juta pounds (Rp 503 miliar), saat Chelsea mengeluarkan uang dengan jumlah sama untuk seorang Cesc Fabregas.
Selain itu, 20 juta pounds dihabiskan untuk merekrut Lazar Markovic dan Dejan Lovren, Mario Balotelli (16 juta), Emre Can (10 juta), hingga Alberto Moreno (12 juta). Hasilnya, tidak satu pun dari deretan pemain ini memberi kontribusi besar. Bahkan, kebijakan transfer Liverpool ini dianggap sebagai yang paling buruk sepanjang sejarah transfer klub besar.
Advertisement
Rotasi yang Tidak Jelas
Sukses Liverpool musim lalu berkat kejelian Rodgers dalam meramu siapa pemain yang pantas turun sebagai pemain inti. Ukurannya, adalah performa sang pemain itu sendiri. Namun, musim ini kebijakan semacam ini tidak terlihat lagi. Justru, pemain yang tampil bagus pekan ini belum tentu bermain di pekan berikutnya.
Emre Can tampil apik saat Liverpool kalah 1-2 dari Chelsea, namun sejak saat itu kesempatan tampil Can justru semakin berkurang. Hal yang sama berlaku pada Moreno. Bek kiri asal Spanyol itu memulai musim dengan bagus namun kerap kali tidak dimainkan oleh Rodgers dalam beberapa pertandingan. Bahkan, Philippe Coutinho yang menyabet gelar pemain terbaik Liverpool bulan November sangat jarang bermain setelah menyabet gelar tersebut.
Mengkhianati Filosofi Bermain
Musim lalu Liverpool mencetak lebih dari 100 gol berkat permainan ofensif. Bahkan, musim lalu hanya dalam tempo 18 menit, Liverpool mampu unggul 4-0 dari Arsenal sebelum mengakhiri pertandingan dengan skor telak 5-1.
Musim ini, permainan “The Reds” mengalami penurunan dan minim kreativitas. Saat melawan Basel, pertandingan yang harus dimenangi oleh Liverpool, Rodgers justru memilih empat gelandang tengah seperti Gerrard, Lucas, Joe Allen, dan Jordan Henderson. Hasilnya, tim minim ide, dinamika, dan pergerakan tanpa bola.
Advertisement
Terburu-buru dalam Kasus Sturridge
Liverpool membuat kesalahan dalam kasus Sturridge. Liverpool terkesan ingin buru-buru membawa Sturridge kembali ke lapangan untuk mengembalikan tim ke performa terbaik. Padahal, pemain timnas Inggris itu belum sepenuhnya pulih dari cedera yang membekapnya.
Musim ini, Sturridge sudah dua kali diperkirakan akan kembali merumput karena disebut sudah pulih dari cedera paha. Faktanya, striker berkaki kidal itu malah tidak kunjung pulih dari cedera dan belum pernah bermain sejak Agustus lalu.
Absurd dan Keras Kepala dalam Memilih Pemain
Saat tandang ke markas Real Madrid, Rodgers memilih untuk menurunkan para pemain pelapis. Alasannya, pelatih asal Irlandia Utara ingin para pemain intinya lebih bugar saat tampil di kompetisi domestik. Namun, keputusan itu sekarang harus dibayar mahal dengan kegagalan Liverpool lolos ke babak selanjutnya.
Di beberapa pertandingan, Rodgers juga kerap mengubah posisi Gerrard, memainkan Raheem Sterling ke posisi sayap saat pemain lincah itu bermain lebih baik di lini tengah, dan terkadang memainkan Henderson di kiri atau kanan sektor tengah. Yang paling aneh, tentu saat lebih memilih untuk mencadangkan Moreno dan Coutinho.
Advertisement