Liputan6.com, Gagal bersinar di AC Milan, striker Fernando Torres dilaporkan akan kembali ke klub lamanya, Atletico Madrid.
Sejak hengkang dari Liverpool ke Chelsea, karier striker berjuluk El Nino itu menurun drastis. Pemain yang sempat berstatus sebagai top-scorer Premier League musim 2007-08 itu kehilangan sentuhan terbaiknya.
Baca Juga
Ironis, Chelsea yang meminjamkan Torres ke Milan selama 2 musim pun tidak sudi menerimanya kembali. Alhasil, nasib Torres di bursa transfer musim dingin nanti pun menggantung.
Advertisement
Rencananya, Milan akan menukar Torres dengan Alesio Cerci; yang sama-sama tidak bertaji di Atletico. Milan telah mengonfirmasi melalui stasiun televisi resmi, telah melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Atletico Madrid.
Lantas apa yang membuat Torres kehilangan kesaktian di depan gawang? Banyak pihak menilai, tumpulnya Torres di lini depan berkaitan erat ketika dia masih memperkuat Chelsea. Apa saja alasannya, berikut Liputan6.com rangkum dari Football Talk.co.uk?
Cedera
Tidak dapat dipungkiri, cedera membuat produktivitas gol Torres mandek. Setelah menjalani operasi pada April 2010, Torres tampak kehilangan arah. Dia juga tidak memberikan kontribusi maksimal buat Spanyol ketika menjuarai Piala Dunia empat tahun silam.
Banyak pihak yang menilai, Chelsea mendatangkan Torres di masa ke emasannya telah berakhir. Di Milan, cedera engkel membebat Torres. Ini membuat sang pemain baru bisa mencetak satu gol.
Advertisement
Pemain Bintang Chelsea
Ambisi pemilik Chelsea, Roman Abramovich terus mendatangkan pemain bintang, tampak nyata membuat Torres kehilangan tempat. Contoh riil, ketika musim panas lalu Chelsea kedatangan pemain anyar Diego Costa. Tidak ada tempat di Chelsea membuat Torres dipinjamkan ke Milan dengan durasi selama 2 tahun.
Masa pinjaman yang panjang menyiratkan pesan: sebenarnya Chelsea sudah tidak membutuhkan Torres karena telah memiliki dua bomber Didier Drogba dan Diego Costa.
Torres menjadi korban renovasi besar-besaran skuat Chelsea. Terlebih, setelah Abramovich memulangkan pelatih Jose Mourinho. Ini membuat Torres semakin tenggelam.
Frank Lampard dan Didier Drogba
Bila di Liverpool Torres menjadi poros serangan, lain halnya di Chelsea di mana Torres hanya pelapis Chelsea, Didier Drogba.
Bila di Liverpool dia disokong oleh Gerrard yang memiliki visi untuk melakukan serangan balik cepat. Di situ, naluri gol Torres muncul. Gerrard memberikan umpan yang memungkin ruang bergerak.Sinergi dua pemain itu berbahaya di jantung pertahanan lawan.
Beda dengan permainan di Chelsea. Torres disokong oleh Frank Lampard (ketika itu masih memperkuat Chelsea) yang lebih mengandalkan momentum untuk menyerang. Lampard lebih cenderung memberikan crossing yang harus disambut dengan tandukan. Dan Drogba sangat ahli memanfaatkan situasi ini.
Pola permainan Lampard yang gemar melepaskan tembakan jarak jauh dan mengirim umpan diagonal membuat Torres harus mencari posisi tepat, tidak jarang Lampard memberikan Torres operan menjauh dari gawang lawan agar menyambut bola dengan tendangan spekulasi. Cara ini jelas menyulitkan Torres yang menjadikan kecepatan sebagai senjata utama.
Total selama 3 tahun di Stamford Bridge, Torres hanya melesakkan 45 gol dalam 172 penampilan di semua kompetisi Chelsea.
Advertisement
Chelsea Tanpa Peremajaan Skuat
Ketika dia bergabung di Chelsea. Komposisi skuat Chelsea belum terlalu banyak berubah. Masih banyak pemain veteran yang memperkuat tim dan butuh perombakan.
Sayang, Torres masih bersaing dengan muka lama pemain Chelsea seperti Frank Lampard, John Terry, dan Didier Drogba. Kendati terhitung veteran, deretan pemain tersebut masih memiliki peran vital di tim. Sudah bisa ditebak, peran Torres di barisan depan tergerus.
Krisis Kepercayaan Diri
Gabungan 4 faktor menukiknya performa tim menghasilkan satu kesimpulan: Torres mengalami krisis kepercayaan diri. Sayangnya, hal ini terus berlanjut. Di AC Milan pun keadaan tidak berubah. Dia terlalu lama membutuhkan waktu untuk membangun permainan, tidak cukup dengan satu-dua sentuhan.
Advertisement