Sukses

Sepenggal Kisah Miris Sepakbola di Turki, Pemain Mandi di WC Umum

Fatih Terim blak-blakan soal merosotnya prestasi Turki di kancah sepakbola internasional.

Liputan6.com, Jakarta Pelatih Timnas Turki, Fatih Terim mengungkap alasan tim besutannya tidak bisa berbicara banyak lebih dari satu dekade terakhir. Buruknya kompetisi di Turki dan buruknya pengelolaan menjadi latar belakang merosotnya prestasi Turki di panggung internasional.

Turki terakhir kali tampil di Piala Dunia 2002. Ketika itu, Turki menempati posisi tiga di akhir turnamen. Namun sial, sejak itu Turki harus absen dalam tiga perhelatan Piala Dunia 2006, 2010 dan 2014. Piala Eropa 2008, Turki keluar sebagai semi finalis. Sayang, dua tahun kemudian, Turki gagal tampil di kejuaraan sepakbola tertinggi di Eropa itu.

Terim sendiri bukan orang asing di sepakbola Turki. Tahun 2013 lalu menjadi periode kedua pelatih 61 tahun itu menangani Timnas. Sebelumnya, bekas pelatih AC Milan itu menukangi Turki pada 2005 hingga 2009.

Pelatih lokal itu menilai wajar bila selama ini Ay Yıldızlılar, julukan Turki, tidak bisa diharapkan. Setidaknya, ada 127 klub profesional namun hanya setengah yang mengantongi lisensi dari UEFA, termasuk 18 klub kasta kompetisi tertinggi. Dan lebih dari itu, sekitar 600 file sengketa dengan FIFA masih tersimpan "rapi" alias belum tertangani. 

Tapi anehnya, meski bobrok, Terim mengungkapkan, pejabat sepakbola Turki bangga, "Karena bagaimanapun, kami (Turki) telah melampui Macedonia dan Bulgraia. Ini sangat bagus," sindir Terim dilansir dari The Mirror.

Terim pun mengelus dada melihat pengelolaan klub yang jauh dari kata profesional. Miris, melihat tim sebelum bertanding mengenakan perlengkapan bertanding di warung kopi. Bahkan, untuk menghubungi klub-klub tersebut harus melalui warung kopi lantaran tidak memiliki alamat email dan nomor telepon.

"Setelah pertandingan, para pemain itu harus mandi di WC umum karena stadion tidak memiliki fasilitas MCK," ucapnya.

Padahal, tidak sedikit pemain Turki yang mampu mengorbit di klub papan atas Eropa. Mesut Oezil dan Ardan Turan segelintir pemain Turki yang berhasil menembus "pasar" klub papan atas Eropa.

Eks pelatih Galatasaray dan Fiorentina menyadari, bukan tugas ringan kembali membangun sepakbola Turki yang perlahan mulai tenggelam. Terim menyoroti sikap para pelatih Turki di forum sepakbola internasional yang terkesan tidak  peduli. "Mereka lebih suka keluar ruangan dan merokok ketika diundang berdialog," keluhnya.