Sukses

Piala Afrika 2015 Dianggap Seperti Medan Perang

Terjadi kerusuhan besar saat Ghana bertarung melawan Guinea Ekuatorial di laga semi final.

Liputan6.com, Malabo - Laga Guinea Ekuatorial melawan Ghana di babak semi final Piala Afrika 2015, Jumat (6/2) lalu dibumbui kerusuhan besar. Pendukung Guinea Ekuatorial yang bertindak sebagai tuan rumah mengamuk karena tim yang mereka dukung kalah telak dari lawannya.

Merasa tak puas, para pendukung Guinea Ekuatorial memaksa masuk ke dalam lapangan. Mereka juga melempari para pemain Ghana dengan berbagai macam benda. Karena keadaan ricuh, laga sempat dihentikan selama kurang lebih setengah jam.

"Ini seperti medan perang. Kami beruntung tak ada korban jiwa. Namun beberapa orang cedera karena terkena benda-benda yang dilemparkan oleh pendukung tuan rumah," kata Kwesi Nyantakyi, Presiden Federasi Sepak Bola Ghana (GFA) seperti dikutip dari BBC.

Kejadian mencekam tersebut terjadi di babak pertama. Para pemain serta staf pelatih Timnas Ghana langsung berlindung mencari tempat aman. Mereka bahkan harus dikawal polisi anti huru-hara untuk menyelamatkan diri.

"Kejadian ini akan merusak reputasi sepak bola Afrika. Yang lebih parah pertandingan dengan gengsi tinggi ini seharusnya dikawal oleh banyak polisi, petugas inteljen ataupun pihak militer. Namun di stadion saya tidak menemukan lebih dari 50 petugas keamanan. Para pendukung Ghana terpaksa meminta belas kasihan agar mereka selamat dari kekerasan," keluh Nyantakyi.

lanjut ke halaman berikutnya >>>

2 dari 2 halaman

 

Demi meredakan situasi, polisi akhirnya menembak gas air mata. Para pendukung Ghana yang terancam dibawa ke area kosong di salah satu sudut stadion. Pertandingan akhirnya dilanjutkan dan Ghana menang dengan skor 3-0.

"Saya tak mengerti dengan yang terjadi. Yang saya lihat hanya kekerasan dan beberapa insiden lainnya. Saya mengkhawatirkan keselamatan para pemain. Bagi saya itu sangat penting," kata Avram Grant, pelatih Timnas Ghana.

Para pendukung Guinea Ekuatorial melempari benda-benda berbahaya seperti batu, pecahan kaca bahkan bangku stadion. Melihat kejadian tersebut, Esteban Becker selaku pelatih Timnas Guinea Ekuatorial hanya bisa meminta maaf pada para korban kekerasan.

"Saya sedih melihat aksi para fans di luar sana," ucapnya.

Kekecewaan juga dirasakan kapten Timnas Guinea Ekuatorial, Emilio Nsue. Ia menyesali perbuatan para pendukung timnya.

"Mengenai tindakan (kekerasan) itu, saya sendiri tak pernah mengalami sebelumnya. Saya hanya ingin minta maaf soal kejadian tersebut,' ungkapnya.

 

Baca juga:

Saksikan Live Streaming Derby Merseyside-London di Liputan6.com

Timnya Dibantai, Pemain Ini 'Serang' Wasit Wanita

Harapan Wonderkid Indonesia Tristan Alif Terhadap Jokowi

Video Terkini