Liputan6.com, Kairo - Bentrokan antara suporter dan aparat kepolisian di Kairo, Mesir berbuntut panjang. Akibat peristiwa berdarah tersebut, pemerintah Mesir menghentikan seluruh laga di Liga Primer Mesir.
Kejadian ini bermula saat ribuan suporter memaksa masuk ke dalam Stadion Air Defense untuk menyaksikan laga Zamalek kontra ENPPI di Liga Primer Mesir, Minggu (8/2/) waktu setempat. Para suporter yang tak memiliki tiket berusaha masuk dengan cara memanjat dinding stadion.
Melihat situasi yang semakin tak terkendali, polisi Mesir mencoba membubarkan massa dengan cara menembakkan gas air mata. Alhasil, suporter lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Seperti dilansir Reuters, bentrokan berdarah ini mengakibatkan 22 orang meninggal dunia. Sebagian besar korban tewas dikarenakan terhimpit dan kehabisan udara.
Akibat peristiwa itu, pemerintah Mesir memutuskan untuk menghentikan seluruh pertandingan Liga Primer Mesir hingga batas waktu yang belum ditentukan. Selain itu, polisi diminta segera menangkap pemimpin kelompok suporter Zamalek, yang dikenal dengan nama Ultras White Knights.
Laga kontra Zamalek melawan ENPPI sendiri tetap dilanjutkan dan hanya disaksikan 10 ribu penonton. Pertandingan ini pun berakhir dengan skor sama kuat 1-1.
Sebelumnya, kejadian paling berdarah di dunia olahraga Mesir pernah terjadi pada 2012 lalu. Saat itu, sebanyak 74 suporter meninggal serta 1000 orang lainnya mengalami luka-luka ketika menyaksikan pertandingan El Masry melawan El Ahly di Port Said Stadium.
Karena insiden tersebut, pemerintah Mesir mengambil keputusan untuk mengentikan seluruh pertandingan Liga Primer Mesir selama dua tahun. (Rizki Hidayat)
Advertisement
Baca juga:
Terungkap, Alasan Terbesar Zambrotta Tinggalkan Barca