Sukses

Adu Nyali Duel dengan Atlet Wanita Muaythai Indonesia

Bagi Keke Rumanggit, olahraga beladiri tersebut sebagai sarana untuk berprestasi sekaligus melindungi diri.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu olahraga beladiri yang masih belum dikenal luas di Indonesia, Muaythai ternyata memikat Stefhane Keke Rumanggit. Dara 23 tahun itu merasa, ring tarung sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Muaythai beladiri khas Thailand. Gaya tarung jalanan yang mengandalkan kekuatan seluruh anggota gerak tubuh ini memang menjadi olahraga baru di Indonesia. Bagi Keke, hal itu justru menimbulkan potensi untuk berprestasi mengingat Muaythai belum banyak dikenal.

"Buat wanita, ini menjadi pengalaman baru," ujar Keke yang telah mulai ikut bertarung Muaythai 2013 setelah memulai latihan sejak 4 tahun lalu.

"Selain itu, buat wanita beladiri menjadi cara untuk melindungi diri," kata Keke ketika ditemui Liputan6.com di sela-sela turnamen Muaythai Solid, di Bilangan Kalibata, Jakarta Timur.

Darah beladiri memang mengalir deras dalam diri wanita berambut panjang itu. Sang Ayah, Bence Rumanggit seorang petinju. Sebelum menekuni Muaythai, Keke berlaga di atas matras Wushu. "Jadi kedua orang tua saya tidak ada masalah," ujar Keke. Sejauh ini, dia baru tampil di ajang International Muaythai di GOR Simprug, Jakarta.

Di sela-sela latihan yang hampir setiap hari, Keke menjalankan aktivitasnya sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tapi ada satu hari di mana dia tidak menuju sasanan Muaythai, "Pas hari pertama datang bulang, saya biasanya minta izin. Tidak mungkin latihan karena sudah tidak ada energi."

2 dari 2 halaman

Bakar 2000 Kalori

Sementara itu, menurut pemilik Klub Muaythai Siam Training Camp, Sigit Sumarsono menyatakan, Muaythai tidak sekadar olahraga bela diri tapi sarana juga menjaga kebugran tubuh. Saat ini, sasana Muaythai Sigit beranggotakan 300 orang. "Latihan Muaythai perjam mampu membakar 2000 kalori," sambung dia.

"Olahraga ini menuntut gerak semua anggota tubuh. Selama ini  imej olahraga ini keras. Tapi sebenarnya tidak. Muaythai sebenarnya alternatif olahraga beladiri yang lain untuk meningkatkan vitalitas tubuh," ujar Sigit.

http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/820265/original/054758600_1425292055-IMG_7930.JPG

Pria berkepala plontos itu menjeleskan, regulasi Muaythai hampir sama seperti tinju. "Untuk kelas-kelasnya juga sama," sambung Sigit.

Untuk kelas amatir, setiap fighter (petarung) mengenakan pelindung kepala, siku, lengan, serta tulang kering. "Sedangkan, untuk kelas profesional tidak. Ya, secara keseluruhan sama seperti tinju."

Siam Training Camp terus berupaya memasyarakatkan olah raga Muay Thai di Indonesia. Demi mewujudkan misi tersebut, klub tersebut menjadi tuan rumah seri kedua Muay Thai Solid seri kedua di Jalan Batu, Kalibata, Jakarta, Minggu (1/3/2015).

Ajang ini merupakan gelaran rutin dari klub-klub Muay Thai di Indonesia tahun 2015. "Seri pertama telah digelar di Cibubur 1 Februari lalu, dan sukses. Karena itu kami bersedia jadi tuan rumah seri kedua, dari sembilan seri yang direncanakan tahun ini," kata Sigit.

Turnamen ini mempertandingkan 10 partai dan satu partai Mixed Martial Art (MMA), diikuti 22 atlet beladiri. Turnamen ini sekaligus menjadi ajang syukuran atas perpindahan markas Siam TC dari Tebet ke Kalibata. 

Untuk jangka panjang, Siam TC bersama klub Muay Thai lainnya akan menyiapkan atlet menuju PON 2016 mendatang. Pada PON 2012 tidak dipertandingkan sedang 2013 lalu, cabang ini baru berkembang di Indonesia.

Menurut Sigit, pengembangan Muay Thai di Indonesia, tidak terlalu sulit. Paling tidak, pihaknya terus berupaya mengadaptasi jurus-jurus dan gerakan beladiri terbaru, mengingat cabang olahraga ini terus berkembang, terutama di negara asalnya Thailand.

"Kami harus terus memperbaharui gerakan agar tidak ketinggalan dengan negara lain," Sigit menambahkan.

Baca juga:

Legenda Barcelona Ungkap Kebiasaan Buruk Lionel Messi

Jaga Kesucian Gawang Joe Hart, City Mau Rekrut Suarez

Pesepak Bola Muda Ledek Putri Bungsu Kapten Liverpool

Video Terkini