Liputan6.com, Jakarta - Anggota Tim Ad Hoc Sinergi PSSI, M. Nigara ikut berkomentar soal beberapa kasus keterlambatan pembayaran gaji pemain di klub Indonesia Super League (ISL).
Seperti yang diketahui, ISL mundur hingga 4 April 2015 karena BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) meminta sejumlah kelengkapan administrasi klub yang berlaga seperti bukti pelunasan gaji, pembayaran pajak, hingga laporan audit keuangan.
Dalam sebuah diskusi yang diadakan di kantor pusat PSSI pada Kamis (5/3), Nigara menegaskan kalau semua elemen perlu ikut membela hak pemain. "Pokoknya semua kewajiban dan hak pemain harus dibela. Kalau bisa, media ikut mengangkat apa dampak di balik itu. Misalnya terhadap anak dan istrinya," tegas Nigara.
Pemain ISL sejatinya sudah memiliki wadah untuk menjembatani masalah pemain dengan klub, yakni APPI atau Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia. Namun, Nigara menuturkan dirinya tak ingin berpatokan pada asosiasi tersebut.
"Media itu seharusnya mampu mengintip persoalan dari sudut pandang lain, karena wartawan itu bekerja sebagai messenger (penyampai pesan), bekerja untuk orang lain. Jangan bersumber dari APPI," kata mantan pengusaha media itu menambahkan.
Selain itu, Nigara membeberkan tipikal penikmat sepak bola tanah air. "Ada pecinta sepak bola yang rela mengorbankan uang, tenaga dan pikiran untuk sepak bola. Tapi yang paling banyak dan yang paling berbahaya adalah yang tidak berkorban apa-apa namun merasa memiliki olahraga itu sendiri," lanjut pria asal Sumatera Utara itu.
"Yang kita harus pertahankan adalah pemilik klub yang rela berkorban banyak untuk klubnya," pungkas Nigara.
Baca juga:
Baca Juga
9 Pemain Terpendek Sepanjang Sejarah Liga Inggris
Advertisement