Sukses

Tak Dapat Klub, Pemain Ini Terpaksa Jadi Karyawan McDonald

Harrison harus menahan malu bekerja di restoran cepat saji karena butuh uang.

Liputan6.com, Indianapolis- Pelajaran berharga dapat dipetik para atlet dari apa yang dialami pebasket Amerika Serikat David Harrison. Mantan pemain NBA ini jatuh miskin setelah kariernya selesai sehingga harus bekerja di restoran cepat saji.

Harrison pernah bermain di NBA bersama Indiana Pacers. Dia merupakan draft putaran pertama pada tahun 2004. Namun pemain bertinggi tujuh kaki ini gagal bersinar di NBA.

Pemilik nomor punggung 13 ini cuma empat tahun bermain bersama Pacers dan memperoleh bayaran 4,4 juta dolar.

Kehadiran pelatih baru Jim O'Brian membuat karier Harrison hancur. Harrison menilai O'Brian telah menghambat kariernya dengan menolak melepasnya ke klub lain walau tak juga mendapat kesempatan bermain.

"Waktu terburuk dalam hidup saya adalah ketika Jim O'Brien melatih tim. Saya minta untuk dilepas atau dikirim ke D-League, tapi itu tidak pernah terjadi. Saya tidak bisa menunjuk jari langsung padanya, tapi dia tidak ingin aku berhasil," kata Harrison kepada Yahoo Sports.

Karena tak dimainkan oleh O'Brien, tak ada klub NBA yang mau mengontrak Harrison saat kontrak rookie-nya berakhir tahun 2008. Padahal saat itu dia baru berusia 25 tahun. Kariernya di NBA pun berakhir singkat. Harrison kemudian mencoba peruntungan main di Tiongkok selama tiga musim.

Sayangnya pria kelahiran 1982 ini cuma bertahan tiga tahun di Tiongkok. Terakhir kali Harrison bermain basket pada tahun 2012 bersama tim summer league Dallas Mavericks.

Dengan tidak bermain basket lagi, Harrison dililit masalah keuangan. Pasalnya seluruh uang hasil bermain di NBA sudah habis terpakai.

Lanjut di halaman berikutnya

2 dari 2 halaman

2

Di tahun 2013, Harrison mengalami kejadian memalukan saat hendak membelikan anaknya paket Happy Meal di McDonald's di Indianapolis. Dia tak mampu membayar karena kartu kreditnya ditolak. Manajer McDonald's yang mengenali Harrison prihatin dengan kejadian tersebut.

Sang manajer memberikan paket Happy Meal secara cuma-cuma dan menawarkan pekerjaan kepada Harrison di McDonald's. Tanpa berpikir panjang, yawaran ini langsung diterima. Harrison tak peduli kini hanya menjadi pegawai restoran cepat saji. Yang terlintas dipikirannya hanya bagaimana bisa memperoleh pemasukkan untuk menghidupi kedua anaknya.

"Semua orang harus bekerja dan mencari nafkah entah bagaimana. Aku punya dua anak. Mereka tidak peduli di mana saya bekerja. Mereka hanya perlu makan," kata pria 32 tahun ini.

Harrison ditempatkan untuk shift malam hari. Postur tinggi besar Harrison membuatnya mencuri perhatian pelanggan McDonald's. Banyak pelanggan yang mengenalinya sebagai mantan pemain NBA dan bertanya-tanya mengapa seorang pebasket profesional harus berakhir menjadi pegawai McDonald's. Banyaknya pertanyaan dari pelanggan membuat Harrison merasa sangat sulit menjalani pekerjaan barunya ini sehingga memilih berhenti tiga minggu kemudian.

Kini Harrison masih menganggur. Dia hanya mendapatkan sedikit uang dari perdagangan saham. Uang tersebut dipakai untuk biaya hidup dan mempertahankan rumahnya. Harrison berharap ada investor yang mau membiayai perusahaan pembuat game untuk ponsel miliknya, Kage Media Group LLC.

Kisah tragis seperti Harrison ini cukup sering dialami atlet di Indonesia. Kegagalan menggelola uang saat masa jaya bisa berakibat fatal di masa tua.