Sukses

4 Fakta Kemenangan Indonesia Atas Myanmar

Indonesia kesulitan menaklukkan Myanmar.

Liputan6.com, Jakarta - Tim nasional (timnas) Indonesia memenangi pertandingan melawan Myanmar 2-1 di stadion Gelora Delta Sidoarjo, Senin, 30 Maret 2015. Tapi, penampilan anak asuh Benny Dollo masih belum memuaskan seperti halnya ketika takluk 0-1 dari Kamerun.

Organisasi permainan yang tak tersusun rapi dan penyelesaian akhir yang buruk jadi masalah utama Boaz Solossa dan kawan-kawan. Inilah yang membuat mereka tak jua mendominasi meski bertemu dengan lawan yang levelnya sama.

http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/840226/original/017943000_1427773139-Indonesia_vs_Myanmar.jpg

Berikut 4 Fakta Kemenangan Indonesia Atas Myanmar:

2 dari 5 halaman

Akurasi Umpan Buruk

Akurasi Umpan Buruk

Bermain dengan formasi 4-4-2, Benny Dollo tak melakukan banyak perubahan dibanding tim yang turun saat melawan Kamerun. I Made Wirawan sebagai penjaga gawang. Empat bek di depannya hanya berubah dengan memasukkan Bio Paulin. Ini pertandingan pertama Bio setelah resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

Di lini tengah ada nama Raphael Maitimo, Bayu Gatra, Hariono, serta Zulham Zamrun. Pelatih yang musim baru Liga Super Indonesia (LSI) 2015 mendatang melatih Sriwijaya FC memilih bermain dengan mengandalkan kecepatan sayap. Keberadaan Maitimo dan Hariono jelas menunjukkan Bendol – sapaan Benny Dollo – lebih memilih tipe gelandang yang selain bisa menahan serangan lawan juga mampu mengalirkan bola.

Hariono yang biasanya bertugas untuk merusak irama permainan lawan, kali ini bisa lebih banyak menghasilkan umpan untuk kedua penyerang yang diisi oleh Boaz Solossa dan Ferdinand Sinaga. Di babak pertama tercatat Hariono memberikan umpan yang bisa jadi peluang menjadi gol. Sayang bolanya tak mampu dimanfaatkan Boaz dan Zulham Zamrun.

Hariono mampu menghasilkan 19 umpan sukses dan 6 gagal selama 56 menit bermain. Partnernya, Maitimo melepaskan 20 umpan sukses dan 10 tak tepat sasaran sepanjang pertandingan. Statistik kedua pusat permainan ini menunjukkan bahwa permainan timnas tak bagus dalam menyusun serangan dan kerap melakukan kesalahan umpan.

Secara keseluruhan, timnas Garuda membuat 390 umpan di mana 282 di antaranya tepat sasaran. Itu berarti akurasinya hanya 72%. Rendah untuk level timnasi senior. Akurasinya juga kalah dibanding Myanmar yang membuat 302 umpan sukses dari 383 percobaan umpan dengan persentase keberhasilan 79%. Penguasaan bolanya juga berimbang dengan berbagi masing-masing 50%.

3 dari 5 halaman

Umpan Silang Harus Diperbaiki

Umpan Silang Harus Diperbaiki

Seperti yang telah disebutkan bahwa tim ini lebih mengandalkan sektor sayap. Itu berarti banyak peluang yang coba diciptakan dari umpan silang, baik lambung maupun mendatar.

Sepanjang pertandingan ada 34 percobaan umpan silang. Sayangnya akurasinya tak terlalu baik. Hanya 13 umpan silang yang mampu menemui rekannya sementara 21 sisanya bisa dihalau lawan atau melenceng. Latihan umpan silang perlu ditingkatkan agar akurasinya membaik. Dengan catatan pelatih tetap timnas nanti masih ingin menerapkan skema seperti saat laga melawan Myanmar.

Hasim Kipuw menjadi pemain yang paling banyak melepaskan umpan silang, yakni delapan kali. Akurasinya cukup baik dengan lima kali sukses dan tiga sisanya gagal. Akurasinya jauh lebih baik dibanding Zulham Zamrun dengan tujuh percobaan tetapi hanya satu yang menemui sasaran. Sementara di sisi kanan, Bayu Gatra, punya catatan yang lumayan dengan dua umpan silang sukses dan empat gagal.

Namun, persoalan umpan silang ini tak bisa hanya ditimpakan pada mereka yang melepaskan umpan. Faktor penyerang yang mampu menerima bola udara atau umpan silang mendatar juga jadi faktor penting.

4 dari 5 halaman

Penyelesaian Akhir Buruk

Penyelesaian Akhir Buruk

Harus diakui bahwa performa penyerang Indonesia tidak terlalu memuaskan. Lemahnya penyelesaian akhir ini menjadi pekerjaan rumah penting bagi siapapun nanti yang akan meneruskan tongkat estafet pelatih timnas.

Pada pertandingan melawan anak asuh Radojko Avramovich, timnas melakukan 19 percobaan tendangan ke arah gawang. Hanya delapan yang menemui sasaran, sementara tujuh lainnya melebar dan empat sisanya diblok pemain lawan. Dari jumlah itu, dua yang menjadi gol.

Gol Indonesia yang dicetak oleh Raphael Maitimo di menit 61 dan Cristian Gonzales pada menit 74 pun tidak berawal dari skema serangan yang rapi. Faktor keberuntungan dan blunder bek lawan lah yang memberi timnas kesempatan besar untuk bisa mencetak gol.

Myanmar sendiri meski tampil cukup baik, juga kurang bisa memanfaatkan peluang yang mereka ciptakan. Hanya satu gol yang dicetak pada menit 87 oleh Davit Htan yang memanfaatkan lubang di lini pertahaan saat Bio Paulin ditandu keluar akibat cedera.

Dengan permainan seperti itu wajar jika publik masih belum puas dengan permainan timnas. Rasanya tim pelatih dan jajaran pengurus Badan Tim Nasional (BTN) maupun PSSI juga tak puas dengan kemenangan tipis 2-1.

5 dari 5 halaman

5 Pemain Naturalisasi

5 Pemain Naturalisasi

Ada fakta menarik dalam pertandingan melawan Myanmar. Benny Dollo memilih untuk menurunkan tiga pemain naturalisasi sejak menit pertama. Victor Igbonefo dan Bio Paulin di jantung pertahanan. Lalu, ada Raphael Maitimo di sektor tengah.

Jumlah pemain naturalisasi bertambah saat Cristian Gonzales dan Kim Jeffrey Kurniawan dimasukkan untuk menggantikan Boaz dan Ferdinand Sinaga. Ketika Boaz mengalami cedera kaki kiri di menit 40, ban kapten yang melingkar di lengannya berpindah ke Igbonefo. Semakin nampak bahwa pemain naturalisasi menjadi komponen utama di tim ini setelah dua gol yang dicetak merupakan karya dari Maitimo dan Gonzales. (Sirajudin Hasbi - Labbola)

http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/840226/original/017943000_1427773139-Indonesia_vs_Myanmar.jpg

Baca Juga:

Benarkah Spanyol Coret Fabregas?

6 Pemain Voli Cantik di Pro Liga 2015

Pedrosa Pertimbangkan Pensiun dari Moto GP