Liputan6.com, Jakarta - Para pecinta sepak bola tanah air tentu masih mengingat nama Eri Irianto. Ya, nama Eri sangat melegenda saat memperkuat Persebaya Surabaya di tahun 1998 hingga 2000.
Namun tanggal 3 April tentu masih dalam kenangan setiap fans Persebaya hingga kini. Pasalnya di tanggal itu, pemain yang beroperasi sebagai gelandang ini harus menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang baru menginjak 26 tahun.
Sebenarnya Eri Irianto tidak langsung meninggal usai bertabrakan dengan pemain PSIM Yogyakarta, Samson Noujine Kinga, saat kedua tim bertemu di Stadion Gelora 10 Nopember pada 3 April 2000.
Advertisement
Namun dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit, akan tetapi nyawanya tidak tertolong dan eks-pemain Petrokimia Putra itu menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Dokter Soetomo malam harinya setelah terkena serangan jantung.
Prestasi tertinggi Eri bersama Persebaya Surabaya ketika membawa tim Bajul Ijo menjadi runner up Liga Ingonesia musim 1998/1999. Untuk mengenang jasanya, Persebaya menamai nama mess mereka dengan nama, Wisma Eri Irianto. Bahkan kostum kebanggaan Eri bernomor punggung 19, juga dipensiunkan dan disimpan dalam lemari kaca.
Tidak hanya bersama tim Bajul Ijo, Eri juga sempat memperkuat Timnas Indonesia. Akan tetapi ia belum berhasil menyumbangkan gelar apapun bagi tim Garuda itu.