Liputan6.com, Surabaya- Kisruh dualisme PSSI yang terjadi empat tahun lalu seharusnya membuat publik sepak bola Indonesia sadar. Masalah tersebut tidak boleh terulang di periode kepengurusan PSSI 2015-2019.
Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengurus Provinsi Jawa Tengah, Johar Lin Eng. Dia mengingatkan bila kisruh sepakbola nasional 2011 lalu karena terjadi pembiaran terhadap kompetisi Indonesia Premier League.
Ketika itu, Oktober 2010, LPI resmi dideklarasikan di Semarang oleh Konsorsium. Kompetisi itu pun seperti mendapat sokongan dari Menpora saat itu, Andi Mallarangeng. Sayang, perhelatan kompetisi itu berhenti di tengah jalan dan tidak selesai. Dana macet dari konsorsium menjadi alasan utama, IPL bubar.
Advertisement
Ironisnya, sejumlah nama pengurus PSSI di era Nurdin Halid yang notebene membiarkan kompetisi IPL bergulir, kembali maju mencalonkan diri menjadi calon Ketua Umum PSSI dalam KLB, 18 April 2015.
Menyingkapi hal tersebut, Djohar mengaku prihatin. “Indonesia tidak boleh jatuh di lubang yang sama,” kata Johar Lin Eng ketika dihubungi wartawan.
Mantan pengurus PSIS Semarang itu meminta semua pihak memberikan dukungan pada PSSI, bukan sebaliknya, justru melemahkan PSSI. Dia meminta Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi belajar dari kesalahan tersebut. Seharusnya, dia mencegah “IPL jilid ke-2".
“Jangan lagi menumbuhkan dualisme yang justru merusak sepakbola. Terbukti, dualisme telah merusak prestasi dan merugikan atlet. Bukan hanya di sepak bola tetapi juga di semua cabang yang mengalami masalah serupa,” papar dia.
“Saya berharap semua pihak tidak memberikan angin untuk menjadikan sepakbola kembali ke titik nol,” sambung Djohar